Jumat, 30 Agustus 2019


BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN SEKUNDER

      Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai biosintesis metabolit primer dan sekunder, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu biosintesis dan dan apa yang dimaksud dengan metabolit primer dan sekunder. Di dalam tubuh makhluk hidup kita ketahui bahwa ada proses terjadinya metabolisme. Yang dimaksud dengan metabolisme yaitu suatu proses perombakan atau perubahan senyawa kimia yang terjadi secara biologi dan secara kimia di dalam suatu organisme dan di dalam sel. Sedangkan terjadinya proses pembentukan produk metabolisme (metabolit)  dari senyawa yang berbentuk senderhana menjadi yang lebih rumit atau kompleks yang terjadi didalam suatu organisme disebut dengan Biosintesis
        Didalam sustu organisme metabolisme terdapat dua macam yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolisme primer yang akan membentuk metabolit primer, begitupun metabolisme sekunder. Metabolit Primer merupakan hasil yang diperoleh dari metabolisme yang digunakan secara pokok untuk keberlagsungan hidup suatu organisme yang digunakan untuk tumbuh. Seperti halnya asam amino, protein, lipid, serta karbohidrat. Lain halnya dengan metabolit sekunder yang tidak digunakan dalam proses pertumbuhan melainkan digunakan sebagai alat perlindungan diri. Misalnya seperti senyawa yang diturunkan oleh metabolit primer seperti lipid, asam nuklead, protein dan karbohidrat yang sederhananya terbagi atas senyawa bernitrogen, fenolik, dan terpenoid.

A.    Biosintesis Metabolit Primer
1.      Biosintesis Karbohidrat
a.       Produk monosakarida melalui fotosintesis
Tumbuhan yang berklorofil akan memproduksi Monosakarida melalui proses fotosintesis. Fotosintesis dalam suatu tumbuhan dapat terjadi dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Yang biasa disebut dengan rekasi terang dan reaksi gelap. Dimana melalui kedua proses forosintesis tersebut maka diperoleh suatu reaksi sebagai berikut:
2H2O + CO2 + Cahaya รจ (CH2O) + H2O +O2
b.      Biosintesis sukrosa
Bagi manusia produk tanaman berupa gula sukrosa ini merupakan produk yang sangat berguna. Sukrosa juga merupakan transport utama dan merupakan produk utama daripada proses fotosintesis itu sendiri.
2.      Biosintesis Lipid
Biosintesis lemak dan minyak pada organisme dipengaruhi oleh reaksi balik pada proses penguraiannya. Pembentukan lipid lewat biosintesis ini memuliki jalur kimia yang berbeda tentunya. Dalam biosintesis asam lemak ini melibatkan dua kompleks enzim ATP, NADPH2, CO2, serta Mn++.
3.      Biosintesis Asam Amino dan Protein
Protein merupakan kumpulan dari asam amino. Seperti yang kita ketahui bahwasannya asam amino terdapat dua macam yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia, sedangkan asam amino non esensial tidak dapat disintesis oleh manusia melainkan diperoleh dari luar.

B.     Biosintesis Metabolit Sekunder
Biosintesis metabolit sekunder terdapat beberapa jalur, diantaranya sebagai berikut:
1.      Jalur Asam Asetat
Melalui jalur ini senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan diantaranya yaitu asam lemak, gliserida, fosfolipida, glikopida dan poliasetilen
2.      Jalur Asam Sikimat
Melalui jalur asam sikimat senyawa metabolit sekunder yang didapat yaitu asam sinamat, fenol, asam benzoic, tannin, asam amino benzoic, quinon, serta koumarin.
3.      Jalur Asam Mevalonat
Melalui jalur ini senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan adalah essensial oil, menthol, steroid, terpenoid, geraniol, squalent, monoterpenoid, sapogenin, dan korosinoid.

 Adapun senyawa dari metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai obat modern yaitu:
- Alkanoid
- Caffein
- Cocain
- Atropine
- Nikotin
- Quinine
- Scopolamine
- Vinblastine


PERTANYAAN
1. Bagaimanakan ciri-ciri dari metabolit Primer?
2. Adakah faktro yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder, jika ada sebutkan faktor-                  faktornya!
3. Bagaimana Cara meningkatkan metabolit sekunder?






Sabtu, 24 Agustus 2019

PROSEDUR DAN TAHAP SCREENING POTENSI KIMIA BAHAN ALAM 


        


       Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis. Banyak macam-macam hewan dan tumbuhan yan hidup di Indonesia. Dari semua makhluk hidup yang hidup di alam ini tentu saja memiliki manfaat bagi manusia. Contohnya saja banyak orang menggunakan tumbuhan sebagai obat herbal, begitu pula dengan hewan. Hal ini menandakan bahwa ada suatu hal yang berguna di dalam tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu manusia penasaran dan ingin melakukan uji secara sederhana maupun uji dilaboratorium untuk mengetahui kandungan dan manfaat dari tumbuhan dan hewan itu sendiri. Melakukan tes atau pengujian untuk mengetahui apakah ada senyawa aktif dalam suatu tumbuhan ataupun hewan inilah disebut Screening Fitokimia. Screening Fitokimia dalam bahasa sederhananya dikenal sebagai Screening Potensi Kimia Bahan Alam.Screening Fitokimia ini sendiri merupakan tahan awal untuk mengetahui suatu senyawa atau bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan dan hewan. Pengujian ini biasanya ditandai dengan adanya suatu reaksi-reaksi maupun terjadinya perubahan warna ketika direaksikan dengan zat pereaksi.
            Fitokimia menguraikan tentang senyawa senyawa organik yang ada didalam suatu organisme, dimana salah satunya ada struktur kimianya. Fitokimia ini dilakukan untuk menentukan ciri-ciri, komponen-komponen dari senyawa aktif dimana senyawa tersebut dapat diketahui bahwa itu bersifat racun maupun bersifat farmakologis. Adapun prosedur dalam Screening Fitokimia yaitu sebagai berikut:
1. Uji Flavonoid
    Flavonoid banyak ditemukan didalam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau gugus gula. Flavonoid adalah salah satu senyawa fenol. Akan terjadi perubahan warna jika ditambahkan larutan basa atau amoniak. Ada beberapa jenis dari flavonoid, yaitu antosianin, flavonol, glikoflavon, proantosianidin, flavon, khalkon, biflavonil, flavanon, auron, dan isoflavon. golongan ini dapat diperiksa dengan uji warna yaitu fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan adanya polifenol.
2. Uji Tanin
  Tanin merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam tumbuhan yang berpembuluh. memiliki rasa yang sepat dan memiliki gugus fenol. Jika bereaksi dengan protein akan membentuk kopolimer yang tidak larut dalam air. Uji tanin ini dapat dilakukan dengan melarutkan ekstrak sempel ke dalam metanol sampai sempel tersebut terendam.nlalu ditambahkan 2 atau 3 tetes larutan FeCl3 1% hasil yang positif akan ditunjukkan dengan adanya warna hitamkebiruan ataupun hijau.
3. Uji Alkaloid
     Alkaloid tersebar luas hampir disemua jenis tumbuh-tumbuhan. alkaloid biasanya ditemukan pada biji, daun, ranting, dan kulit kayu dari tumbuhan. Alkaloid sebagian besar bersifat racun namun ada juga yang berguna untuk pengobatan. Alkaloid berfungsi sebagai hasil dari pembuanagn nitrogen seperti urea dan asam urat pada hewan. Untuk menguji alkaloid dilakukan dengan cara ekstrak yang akan diuji dilarutkan dengan 5 mL HCL 2 N. Larutan yang didapat dibagi menjadi tiga tabung reaksi. Tabung pertama ditambah HCL 2 N yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan dengan pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung terakhir di tambhakan dengan pereaksi mayer 3 tetes. jika terdapat endapan jingga pada tabung kedua dan endapan putih pada tabung ketiga berarti hal ini menandakan adanya alkaloid.
4. Uji Saponin
   Saponin merupakan glikosida triterpena dan sterol yang sudah gerdeteksi dalam 90 gebus tumbuhan. Uji saponin dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak sampel daun sebanyak 1 gram ke dalam tabung reaksi. ditambahkan aquades hingga sampel tersebut terendam, didihkan selama 2 menit dan didinginkan lalu dikocok dengan kuat. hasil ditunjukkan dengan adanya buih yang stabil.
5. Uji Terpenoid
     Terpenoid adalah suatu komponen dalam tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dengan bahan nabati dengan penyulingan dan disebut minyak atsiri. Uji trierpenoid dilakukan dengan melarutkan  sampel sebanyak 2 mL dan diuapkan. Residu yang diperoleh kemudian di larutkan dalam 0,5 mL khloroform, dan ditambahkan 0,5 mL  asam asetat anhidrat. campuran ini kemudian ditetesi dengan 2 mL asam sulfat pekat lewat dinding-dinding tabung. hasil positif ditunjukkan dengan warna hijau kebiruan menunjukkan bahwa ada sterol. Namun bila hasilnya berupa cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut, ini menunjukkan bahwa adanya triterpenoid.
      Adapun syarat-syarat dalam metode screening fitokimia adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan keterangan tambahan ada tidaknya senyawa tertentu
2. selektif terhadap senyawa yang diinginkan
3. sederhana dan cepat
4. dapat dilakukan meskipun dengan alat yang sederhana
5. bersifat semi kualitatif  yang mempunyai batas kecepatan yang tinggi untuk senyawa yang diinginkan.


PERTANYAAN
1. Apa tujuan dilakukannya screening fitokimia?
2. Apa saja syarat-syarat dalam metode screening fitokimia?
3. bagaimana melakukan uji terpenoid?
     

Jumat, 23 Agustus 2019

DAUN SIRSAK DAPAT MEMBUNUH SEL KANKER


Buah dan Daun Sirsak

         Di era Globalisasi seperti pada saat ini banyak sekali orang terserang penyakit. Salah satunya adalah kanker. Indonesia menduduki peringkat ke tiga sebagai negara penyumbang kematian karena kanker. Ada banyak sekali macam-macam kanker, seperti kanker darah, kanker payudara, kanker otak, kanker hati, dan masih banyak lainnya. Ada banyak penyebab yang dapat menimbulkan kanker pada seseorang, seperti terkena radiasi yang berlebihan, terkena paparan zat kimia, virus, dan tentunya gaya hidup sehari-hari. Pola hidup yang sehat sangat diperlukan agar kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dan salah satunya yaitu kanker.
          Daun sirsak merupakan salah satu tumbuhan yang dapat mencegah perkembangan sel kanker di tubuh atau sebagai pengganti dari kemoterapi. Senyawa yang terdapat di dalam daun sirsak yaitu senyawa Acetogenin. Acetogenin sendiri merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki sifat sebagai pembunuh racun yang ada didalam tubuh manusia, ATP tranportasi yang digunakan sebagai jalan sel kanker untuk berkembang akan di hambat oleh acetogenin ini. Asetogenin yang telah dikonsumsi melalui daun sirsak ini akan masuk kedalam tubuh kemudian acetogenin menempel kepada reseptor dinding sel lalu ATP yang berada di dinding mitokondria akan di rusak. Hal ini dikarenakan senyawa acetogenin dapat bekerja seperti salah satu obat dalam pengobatan kemoterapi


PERTANYAAN
1. Bagaimana pengolahan daun sirsak agar dapat dikonsumsi sebagai obat kanker?
2. Selain untuk obat pembunuh sel kanker, apa saja kegunaan daun sirsak bagi kesehatan?
3. Adakah efek negatif dari mengkonsumsi daun sirsak?
 

Rabu, 08 Mei 2019

LAPORAN PERCOBAAN 9 (KEISOMERAN GEOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
"KEISOMERAN GEOMETRI"





DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


VII. Data Pengamatan
Pengamatan
Hasil pengamatan
Diektrak beberapa buah apel dimasukan kedalam labu Erlenmeyer
Didapatkan ektrak apel berwarna coklat
Ditambahkan dengan larutan HCL pekat
Warna tetap menjadi warna coklat-kecoklatan
Kemudian larutan tersebut direfluk dengan alat refluk yang sudah disiapakan selama 10 menit
Warna mulai berubah menjadi warna coklat pekat pada menit ke 3 menit
Dihentikan refluk dan disaring 2x larutan yang telah direfluk
Didapakan endapan warna hitam dan warna tetap warna coklat pekat bau seperti caramel
Dijenuhkan didalam es selama beberapa menit
Tidak didapatkan kristal
                                       
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminasi yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi elkiminasi. Metode yang digunakan adalah metode refluks yaitu proses pendidihan atau pendistilasian dengan kolom fraksinasi sehingga siap yang terbentuk berkondensasi dengan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu. Selain itu juga menggunakan metode kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan) dan metode rekristalisasi (pemurnian kristal dari larutan pengotornya).
Senyawa organic dapat memiliki satu atau lebih gugus fungsi yang terikat dalam atom karbon yang berikatan tunggal maupun ikatan rangkap. Atom atau gugus yang terikat dengan atom karbon yang berikatan tunggal akan bebas berorientasi sepanjang ikatan tunggal, sehingga tidak dapat dibedakan antar orientasi bidang ruang gugus fungsinya. Begitupun sebaliknya atom atau gugus yang terikat pada senyawa organic yang mempunyai ikatan  rangkap ataupun rantai karbonnya siklik maka gugus atau atom tidak dapat berorientasi bebas sehingga orientasi ruang dapat diidentifikasi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/)
            Asam maleat yang akan kami gunakan untuk diubah menjadi asam fumarat tidak tersedia dilabratorium, sehingga kami mencoba mencari asam maleat yang terkandung dalam suatu makanan, dan kami menduga bahwasanya asam maleat terdapat di dalam apel hijau. Sehingga kami menguji dengan apel hijau. Mula-mula kami harus mengekstrak apel hijau menjadi beberapa milliliter. Kemudian ekstrak yang telah diperoleh di tambahkan HCL pekat, warna tetap menjadi warna coklat-kecoklatan. Kemudian larutan tersebut direfluk dengan alat refluk yang sudah disiapakan selama 10 menit Warna mulai berubah menjadi warna coklat pekat pada menit ke 3 menit. Dihentikan refluk dan disaring 2x larutan yang telah direfluk. Didapakan endapan warna hitam dan warna tetap warna coklat pekat bau seperti caramel. Dijenuhkan didalam es selama beberapa menit namun tidak didapatkan kristal. Diduga percobaan yang kami lakukan gagal. Hal ini disebabkan kemungkinan kita harus melakukan proses destilasi terhadap apel untuk memperoleh senyawa asam maleat yang ada di dalam apel. Sehingga percobaan yang kami lakukan gagal.
            Dikarenakan percobaan kami gagal, kami mencoba mencari literature tentang bagaimana prosedur dan hasil yang sebenarnya. Supaya tujuan dilakukannya praktikum ini tercapai. Berdasarkan literature, mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan menggunakan 3 gr anhidrida maleat yang ditambahkan dengan 4 ml aquades yang telah dididihkan. Pada saat pendidihan aquades dengan Erlenmeyer. Erlenmeyer yang digunakan ditutup aluminium foil. Agar air yang menguap tidak habis keluar. Proses pendidihan aaquades berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air mendidih dalam Erlenmeyer dilakukan dengan cepat. Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadinya pembentukan katan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation.
            Setelah penambahan anhidrida maleat pada air mendidih larutan tersebut tetap di didihkan sampai larutannya tak berwarna. Larutan tidak berwarna menandakan bahwa anhidrida maleat larut semua di dalam air agar terbentuk kristal. Pembentukan kristal pada proses ini harus terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal dan sebagian lagi masih dalam keadaan cairan (filtrate). Kristral yang dibentuk harus disaring dengan menggunakan kertas saring agar kristal dan filtartnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering, kristal tersebut di timbang dan diperoleh maleat. Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya denganm alat penentu titik leleh. Filtrate yang diperoleh sebelumnya ditambah HCL pekat. Proses ini merupakan proses pembuatan asam maleat menajdi asam fumarat. Penambahan HCL berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonasi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal. Selanjutnya ikatan rangkap beresonasi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat.
            Kemudian larutan direfluks dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal-kristal terbentuk semua dan sempurna dan tidak ada lagi larutan didalamnya. Proses ini memerlukan waktu 20 menit, kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang. Maka diperoleh berat asam fumarat sehingga dapat dicari % rendemennya.

IX. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
    1.  Titik leleh asam  maleat lebih rendah dari pada asam fumarat , dimana titik leleh asam                         maleat adalah 143-148oC sedangkan titik leleh asam fumarat adalah 205-215oC.
    2. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegangan molekul dan hanya dijumpai            dalam dua kelas. Senyawa alkane dan siklik, alkana disebut cis isomer alkena.
   3.  Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric cis trans. Asam maleat berisomer cis      dari asam fumarat berisomer trans. Prinsip dasar pengubahan asam fumatan adalah berdasarkan          reaksi adisi-eliminasi.


X. Daftar Pustaka
Mulyono. 2015. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik 2 Melalui pendekatan kontruktivisme. Jurnal Exacta. Vol. x (1): 50.
Ramlawati. 2005. Sintesis senyawa 5-4 diklorobenzilidena. Jurnal Farmasi. Vol. 7 (1): 31-39.
Syabatini. 2009. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: PT. Alex Media
Syamsurizal. 2019. Keisomeran Geometri. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/. diakses pada tanggal 25 April 2019 pukul 16:45.
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.


XI. Pertanyaan
1.       Apa fungsi penambahan HCL pada percobaan tersebut?
2.       Apakah syarat agar suatu alkena dapat berada dalam isomer cis dan trans?
3.       Mengapa anhidrida maleat dimasukkan dalam aquades yang mendidih atau panas?


XII. Lampiran
Rangkaian Alat Refluks

Proses merefluks sampel

Proses Penyaringan Sampel

Endapan Hasil Penyaringan


















LAPORAN PERCOBAAN 8 (KROMATOGRAFI)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
"KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM"

 

DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




VII. Data Pengamatan

7.1 Kromatografi Lapis Tipis
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan plat TLC
Plat TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu diberi garis pinggir 0,5 cm
2.
Dibuat larutan pengembang
N-heksan : Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
3.
Dibuat larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
Sampel terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
4.
Ditotolkan sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan kedalam larutan pengembang  lalu dilihat noda dengan lampu UV
Pada plat pertama  didapat jarak pelarut yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu buah naga dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ;  nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ; wortel dengan jarak 3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan jarak 0 cm.
Pada plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan 2 buah sampel terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan kembang sepatu dengan jarak 4 cm.
























7.2 Kromatografi kolom
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan sampel
Digunakan sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
2.
Disiapkan kolom
Disumbat kolom dengan kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk agar kolom menjadi padat
3.
Dimasukkan sampel
Dicampur sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi
4.
Dialirkan kolom dengan pelarut
Untuk campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
5.
Ditampung tetesan yang keluar dari kolom
Tetesan yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.

VIII. Pembahasan
Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu dalam suatu komponen penyusun suatu zat terletak di dalam perbedaan afinitas atau yang sering disebut gaya adesi dari jenis analit terhadap fasa diam (stasioner) dan fasa gerak (mobile) sehingga masing-masing komponennya akan terpisah satu sama lain. Afinitas analit bergantung kepada daya adsorpsinya terhadap fasa diam. dan kelarutan analit tersebut terhadap fasa gerak yang digunakan. Semakin kuat adsorpsinya terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil pada fasa geraknya maka lebih lama berdiam di dalam kolom, begitupun sebaliknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Sampel yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis maupun kromatografi kolom yaitu ekstrak buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, papaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Percobaan yang kami lakukan pertama adalah kromatografi kolom kemudian hasil dari kromatografi kolom nantinya akan diuji dengan kromatografi lapis tipis.
8.1 Kromatografi Kolom
            Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan berdasarkan pada percobaan saya adsorpsi pada suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Pada percobaan ini fase diam yang digunakan adalah silica gel (asam silikat). Silica gel hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan. Silica gel ini bersifat aktif dan efek pemisahannya berupa adsorpsi dan partisi. Silica gel merupakan suatu adsorben yang bersifat polar. Jadi, cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya.
            Sebelum dilakukan percobaan terlebih dahulu disiapkan kolom yang akan digunakan. Kolom dibersihkan dengan air biasa kemudian dibilas dengan n-heksan supaya kotoran-kotoran yang berada di dinding kolom hilang. Kemudian kolom disumbat dengan kapas dibagian bawah kolom. Alasan mengapa harus disumbat dengan kapas yaitu agar sampel dan larutan yang akan diuji tidak turun dari dalam kolom. Setelah itu dibuat fase diam yaitu bubur silica gel yang dibuat dengan cara mencampurkan beberapa gram silica gel dengan campuran n-heksan dan etil asetat. Setelah bubur silica gel siap, maka dituangkan ke dalam kolom hingga setengah kolom sabil dipukul-pukul perlahan permukaan kolomnya agar silica gelnya dapat memadat sempurna.
            Kemudia di wadah lain disiapkan sampel dari masing masing ekstrak yaitu dengan cara mencampurkan satu sudip serbuk silica gel dengan beberapa tetes sampel yang akan digunakan. Diaduk hingga kering. Lalu dimasukkan ke dalam kolom dengan hati-hati dan diratakan dengan lidi. Setelah sampel dimasukkan ke dalam kolom dilanjutkan dengan memasukkan fase feraknya berupa n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan yang dibutuhkan. Eluen dilairkan dsecara perlahan sedikit demi sedikit sampai sampel turun melewati kolom. Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
a.    Buah naga
Eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:1, 16:2, 15:5. Dengan segala perbandingan eluen yang digunakan sampel buah naga turun hanya sedikit demi sedikit tidak sampai keluar kolom hingga waktu praktikum berakhir. Lautan yang dihasilkan yaitu  4 botol larutan dengan warna keseluruhannya bening atau tidak berwarna.
b.    Bayam
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan 5:10, diperoleh 5 botol larutan yang turun dari kolom. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 berwarna hijau, botol 3 hijau puda, botol 4 tidak berwarna dan botol ke 5 juga tidak berwarna.
c.    Nanas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan perbandingan 3:1. Diperoleh larutan yang turun dari kolom sebanyak 3 botol. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 sedikit keruh, dan botol 3 tidak berwarna.
d.   Bunga Kertas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform saja tanpa campuran. Diperoleh 5 botol larutan. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 tidak berwarna namun sedikit ada seperti minyak, botol 3 sedikit keruh, botol 4 tidak berwarna, dan botol 5 juga tidak berwarna.
e.    Semangka
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2, sampel langsung turun dari kolom dan dihasilkan larutan sebanyak 3 botol. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar, dan botol 3 tidak berwarna.
f.     Wortel
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2, dan sampel langsung turun keluar kolom. Diperoleh 3 botol larutan dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar dan botol 3 tidak berwarna.
g.    Pepaya
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 Tidak berwarna (sampel belum turun), botol 2 sedikit kekuningan (Sampel turun), botol 3 dan 4 tidak berwarna.
h.    Kentang
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar, botol 3 dan 4 tidak berwarna.
i.      Tomat
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol dari larutan yang turun. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kemerahan, dan botol 3 tidak berwarna.
j.      Bunga sepatu
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol larutan, dimana botol 1 tidak berwarna,botol 2 dan 3 berwarna keruh.
       Larutan dalam botol-botol tersebut akan diuji menggunakan kromatografi lapis tipis. Keuntungan dari kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisa data dan aplikasi prevaratiy digunakan untuk analisa data dan menentukan jumlah komponen campuran dan digunakan untuk pemisahan dan verivikasi substansi. Sedangkan kerugian dari kromatografi kolom ini yaitu mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik yang sesuai dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

8.2 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis kromatografi yang menggunakan plat TLC. Adapun prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi dimana sampel akan berpisah berdasarkan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Fase diam yang digunakan yaitu plat TLC. Sedangkan fase geraknya yaitu n-heksan dan asam asetat. Tahap pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan plat TLC dan bejana. Plat TLC dipotong selebar 5 cm x 3 cm. Kemudian deberi tanda batas pada kedua ujung atas dan bawah dengan menggunakan pensil sebesar 0,5 cm. Eluen yang berupa n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1 dijenuhkan terlebih dahulu di dalam chamber. Alasan mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama serta agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Setiap sampel yang akan dianalisis di totolkan dengan menggunakan pipa kapiler di plat TLC. Setiap plat terdiri dari 4 titik sampel. Dimana sampel yang ditotolkan masing-masing diberi tanda yaitu:
a.       Buah naga                   f. Wortel
b.      Bayam                         g. Pepaya
c.       Buah naga                   h. Kentang
d.      Bunga kertas               i. Tomat
e.       Semangka                    j. Bunga sepatu
Setelah sampel ditotolkan plat TLC diletakkan diatas fase gerak diamati samapai sampel bergerak menuju ke tanda batas atas dari plat TLC. Setelah sampel sudah berada pada tanda batas untuk lebih jelasnya digunakan lampu UV untuk melihatnya. Sehingga berdasarkan percobaan pertama ini didapatlah :
a.    Buah naga
Untuk sampel buah naga dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu yang bergerak hanya crutnya saja sedangkan totolan sampel tidak bergerak. Eluen yang diguankan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8125
b.    Bayam
Sampel bayam dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu hanya sedikit pergerakan. Jarak yang ditempuh senyawa sebesar 0,3 cm sedangkan jarak yang ditempuh pelarut yaitu 4,8 cm. Eluen yang digunakan sama dengan sebelumnya.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,0625
c.    Nanas
Eluen yang diguanakan untuk kromatografi sampel nanas ini sama dengan percobaan sebelumnya. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu sedikit pergerakan dari sampel.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,7916
d.   Bunga Kertas
Untuk bunga kertas eluen yang digunkan berbeda dari sebelumnya yaitu dengan menggunakan methanol 100% tanpa campuran apapun. Setelah diuji crut bergerak, sehingga nilai Rf-nya sebesar:
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,5208
e.    Semangka
Untuk menguji sampel semangka digunakan eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan sebesar 1:0,5. Crut bergerak dari plat TLC dengan menunjukkan warna kuning.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,82
f.     Wortel
Hasil pengamatan dari sampel wortel yaitu dengan menunjukkan crut yang bergerak dengan noda berwarna kuning. Untuk totolan 1 terdapat warna namun tidak bergerak, totolan 2 tidak terdapat apa-apa, dan totolan 3 sama dengan totolan 1. Eluen yang digunakan sama dengan eluen sampel semangka.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,86
g.    Pepaya
Hasil yang dieproleh yaitu crut bergerak dengan menunjukkan warna orange. Untuk totolan 1 terdapat noda digaris berwarna cream pudar, totolan 2 bergerak dengan menunjukkan warna cream, totolan 3 tidak bergerak namun menunjukkan noda warna cream pudar pula.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 84
h.    Kentang
Untuk hasil pengamatan yang diperoleh dari kentang yaitu tidak ada pergerakan disemua noda namun terdapat warna noda hitam. Eluen yang digunakan sama dengan eluen yang digunakan sebelumnya yaitu n heksa dan etil asetat dengan perbandingan 1:0,5.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0
i.      Tomat
Hasil pengamatan oleh sampel tomat yaitu noda dari botol 3 bergerak. Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Sehingga Rf ysng diperoleh yaitu:
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8723
j.      Bunga sepatu
Dari sampel bunga sepatu crut tidak bergerak tetapi menghasilkan warna cream pudar. Dengan           jarak yang ditempuh senyawa yaitu 4 cm, sedangkan jarak pelarut yaitu 4,7 cm.
    Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,851
Nilai Rf sangatlah karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan fase diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam. Sehingga, menghasilkan Rf yang rendah. Rf dalam kromatografi lapis tipis yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran dari eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu rendah, maka kepolaran dari eluen harus ditambahkan.
Kelebihan dari kromatografi lapis tipis yaitu perenggangannya lebih cepat, murah, dan mudah digunakan. Sedangkan kekurangan dari kromatografi lapis tipis adalah hasilnya kurang akurat, lebih akurat menggunakan metode kromatografi kolom dari pada kromatografi lapis tipis.

IX. Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.  Pada kromatografi lapis tipis bahan penjerap dilekatkan tersebar pada plat kaca, aluminium ataupun plastic. Dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, metode lapis tipis memiliki kelebihan yaitu pengerjaannya yang lebih cepat, kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik. Sedangkan pada kromatografi kolom merupakan teknik penting untuk pemisahan skala preparative, dari beberapa milligram sampai puluhan gram. Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan di bagian atas timbunan penjerap dimana campuran ini semua terjerap.
2.    Azas penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien            distribusi yang berbeda diantara kedua fase. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi
3.    Identifikasi senyawa dilakukan dengan menghitung dan membandingkan harga Rf (Retardarion      Factor) semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik.
Rf =

X. Pertanyaan
1. Mengapa digunakan Silica gel sebagai fase diam dalam kromatografi kolom?
2. mengapa kolom yang digunakan harus disumbat dengan gelas wall atau kapas?
3.      Mengapa eluen yang digunakan garus dijenuhkan dalam chamber?

XI. Daftar Pustaka
Bresnick, S M. 2004. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipotekes.
Chang. 2009. Kimia Analitik. Bandung: ITB.
Khopkar. 2009. Kromatografi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsurizal. 2019. Teknik Pemisahan dengan Kromatografi. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan khromatografi/. diakses pada tanggal 12 April 2019 pukul 16:30. 
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.






XII. Lampiran
Sampel yang digunakan
Penjenuhan Eluen


Kromatografi kolom sampel buah naga

Silika gel