Kamis, 25 April 2019

JURNAL PERCOBAAN 9 (KEISOMERAN GEOMETRI)


JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
"KEISOMERAN GEOMETRI"





DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




I.       Judul                    : Keisomeran Geometri “Pengubahan asam maleat menjadi fumarat”
II.    Hari/Tanggal       : Jum’at/ 26 April 2019
III. Tujuan                 : Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
1.      Azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
2.      Perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan fisika

IV. Landasan Teori
Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus di dalam ruang. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan struktur linear, trigonal, planar, atau tetrahedral, tetapi umum terdapat pada kompleks planar segiempat, dan octahedral. Kompleks yang mempunyai isomer hanya komplek-kompleks yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang stabil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer-isomer yang stabil (Syabatini, 2009).
 Werner mengemukakan bahwa jika kompleks logam coordinator empat tipe [MA2B2] memiliki isomer geometri, misalnya isomer cis dan trans, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks itu bujur sangkar. Kompleks ini tidak mungkin berbentuk tetrahedral karena bentuk tetrahedral tidak memiliki isomer geometri (Ramlawati, 2005).
Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam hal kedudukan relative 2 fungsi gugus terikat disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam maleat. Pada asam fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus –COOH dan gugus –H terletak pada sisi ikatan yang rangkap sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam maleat kedua gugus tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap berlawanan (disebut membnetuk trans). Isomer dari geometris disebut juga isomer cis-trans. Contoh lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetana (Mulyono, 2015).
Struktur ruang atom-atom dalam molekul seringkali sangat menentukan sifat-sifatnya. Bila dua gugus yang reaktif adalah cis dan trans satu terhadap yang lainnya, maka perbedaan geometri kadang-kadang mudah ditunjukkan secara kimia, seperti halnya asam maleat dan asam fumarat, yaitu masing-masing cis asam butenadiot. Bila asam maleat dipanaskan dalam suatu tabung tertutup di atas titik lelehnya 130oC, maka akan dihasilkan anhidrat maleat dan 1 molekul air. Sebaliknya asam fumarat tidak meleleh akan tetapi menyublin pada suhu 128oC dan membentuk anhidrida polimerik atau pada suhu yang tinggi berubah menjadi anhidrida maleat. Perubahan isomer-isomer geometri, seperti asam maleat menjadi asam fumarat, dapat terjadi bila ikatan rangkap C = C untuk sementara waktu diubah menjadi ikatan tunggal C-C dan melalui ikatan tunggal inilah perputaran dapat berlangsung dengan bebas. Seringkali, walaupun tidak selalu isomer trans lebih stabil dari pada cis dan merupakan bagian terbanyak dalam kesetimbangan. Pengubahan isomer-isomer geometri dari yang satu ke yang lain, boleh dijalankan melalui pembentukan senyawa antara yang bersifat ion atau radikal bebas. Pada percobaan ini, asam maleat direfluks dengan asam klorida yang akan mengubahnya menjadi asam fumarat yang lebih stabil. Asam fumarat jauh lebih sedikit larut dalam air dari pada asam maleat, sehingga menyebabkan mudah mengkristal dari larutan selama reaksi berjalan (Tim Kimia Organik, 2016).
Senyawa organic dapat memiliki satu atau lebih gugus fungsi yang terikat dalam atom karbon yang berikatan tunggal maupun ikatan rangkap. Atom atau gugus yang terikat dengan atom karbon yang berikatan tunggal akan bebas berorientasi sepanjang ikatan tunggal, sehingga tidak dapat dibedakan antar orientasi bidang ruang gugus fungsinya. Begitupun sebaliknya atom atau gugus yang terikat pada senyawa organic yang mempunyai ikatan  rangkap ataupun rantai karbonnya siklik maka gugus atau atom tidak dapat berorientasi bebas sehingga orientasi ruang dapat diidentifikasi. Peristiwa ini disebut juga dengan isomer geometri.

Isomer geometri dapat pula ditemukan dalam senyawa organic yang memiliki rantai siklik seperti pada cicncin karbon sikloalkana yang terbentuk bidang pseudo yang dapat digunakan untuk menetapkan orientasi relative atom yang terikat pada cincin tersebut. Orientasi gugus atau atomnya ini berada di sisi “atas” dan sisi lain “bawah”.para ahli mengatakan bahwa kimia digunakan ikatan yang berbentuk baji untuk menunjukkan gugus yang terdapat di atas. Dan garis tetas untuk yang berada di sisi bawah.

Isomer geometri dapat diubah dengan orientasi tertentu contohnya pada asam maleat atau cis-asam butenadiot yang mempunyai dua gugs kerboksilat yang umumnya digunkan untuk bahan pembuatan asam fumarat atau trans-asam butena dioat.

Ssuatu isomerisasi dapat dikatalis dengan berbagai pereaksi, seperti contohnya asam sulfat, asam klorida ataupun tiourea dan pemanasan yang cukup memadai (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).

V.    Alat dan Bahan
5.1  Alat
-          Erlenmeyer 125 mL’
-          Pembakar Bunsen
-          Corong Buchner
-          Labu Bulat 400 mL
-          Alat Penentu Titik Leleh

5.2  Bahan
-          Kertas Saring
-          HCL Pekat
-          Kondensor Refluks

VI. Prosedur Kerja
              Dididihkan 20 mL air suling di dalam Erlenmeyer 125 mL dan tambahkan 15 gr anhidrida maleat. Anhidrida ini mula-mula akan melebur (153oC), kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400 gr/100mL air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79 gr/100 mL) pada 25oC. Setelah larutan larutan menjadi jernoh, dinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan. Kumpulkan asam maleat di atas corong Buchner, keringkan dan tentukan titik lelehnya. Jangan di buang filtrate yang mengandung banyak maleat terlarut.

Pindahkan larutan filtrate ke dalam labu bundar 1000 mL, tambahkan 15 mL HCL pekat dan refluks perlahan-lahan selama 10 menit. Kristal asam fumarat akan segera mengendap dari larutan (kelarutannya dalam air 9,8 gr/100 mL pada 100 dan 0,7 gr/100 mL pada 25oC). Dinginkan larutan pada suhu kamar, kumpulan asam fumarat dalam corong Buchner dan rekristalisasi dalam air (kira-kira 12 mL per gr asam). Tentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.


VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=Jz33rBxxsqU


PERTANYAA
1.  Metode apa yang digunakan dalam pengubahan asam maleat dmenjadi asam fumarat?
2. Apa fungsi penambahan HCL Pekat dalam percobaan ini?
3.  Mengapa Anhidrida maleat ditambahkan pada aquadest yang telahdididihkan?



Selasa, 16 April 2019

JURNAL PERCOBAAN 8 (KROMATOGRAFI)


JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I




DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




I.       Judul                    : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II.    Hari/Tanggal       : Sabtu/ 13 April 2019
III. Tujuan                 : Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
1.      Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2.      Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3.      Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
4.      Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

IV. Landasan Teori
          Salah satu cara yang digunakan dalam analisis kimia organik yaitu dimana digunakan untuk memisahkan campuran zat dari komponennya disebut kromatografi. Terdapat banyak cara atau teknik dalam analisis kromatografi ini, yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, kromatografi penukar ion dan kromatografi afinitas. meskipun kromatografi memiliki berbagai teknik dalam pemisahan, tetapi tetap menggunakan prinsip yang sama. Dalam kromatografi banyak sekali istilah-istilah penting yang harus kita ketahui, diantaranya yaitu:
   a. Fasa Gerak atau Pengembang yaitu pelarut yang mengalir di dalam kolom atau lapisan                   kromatogram.
   b. Fasa diam atau adsorben yaitu zat padat yang mengisi suatu kolom atau yang melekat pada plat.   fasa diam dapat berupa silika gel, selulosa, ataupun okta dosesil sulfat.
  c. Eluen yaitu campuran pelarut yang dialirkan ke dalam suatu kolom atau yang merambat pada   lapis tipis dan kertas.
 d. Eluat yaitu berupa cairan yang keluar dari kolom yang membawa komponen tertentu dari   campuran zat yang akan dipisahkan.
 e. Elusi yaitu suatu proses memisahkan komponen tertentu dari campurannya melalui kolom   kromatografi dengan kombinasi pelarut tertentu yang digunakan.
   f. Analit yaitu komponen-komponen campuran yang sudah memisah melalui proses kromatografi.
            Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu dalam suatu komponen penyyusun suatu zat terletak di dalam perbedaan afinitas atau yang sering disebut gaya adesi dari jenis analit terhadap fasa diam (stasioner) dan fasa gerak (mobile) sehingga masing-masing komponennya akan terpisah satu sama lain. Afinitas analit bergantung kepada daya adsorpsinya terhadap fasa diam. dan kelarutan analit tersebut terhadap fasa gerak yang digunakan. Semakin kuat adsorpsinya terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil pada fasa geraknya maka lebih lama berdiam di dalam kolom, begitupun sebaliknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/)

Dalam teknik kromatografi, campuran senyawa dapat dipisahkan menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat antara 2 fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Azas penting dalam kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang berbeda diantara kedua fase yang disebut tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalan fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi. Begitupun sebaliknya, senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap komponen dalam campuran sebtawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem kromatografi, sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna (Tim Kimia Organik, 2016).
Transfer masa antara fase gerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul terserap pada permukaan untuk mengadsorpsi fase gerak sangat bergantung pada sifat-sifat fase diam dan fase gerak. Untuk setiap zat hal ini sangat spesifik sehingga teknik kromatografi diserapi bertujuan untuk pemisahan dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat (Khopkar, 2009).
Menurut Chang (2009), pada saat ini ada beberapa teknik kromatografi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Kromatografi kolom
Kromatografi kolom meruoakan suatu pemisahan campuran komponen dimana campuran komponen yang terlarut pada pelarut akan dituang ke dalam adsorben pada kolom dan dielusi dengan pelarut yang sama.
b.      Ktromatografi kertas
Kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air bertindak sebagai salah satu komponen dalam larutan pengelusi (gerak).
c.       Kromatografi lapis tipis
Bertindak sebagai fase diam adalah suatu adsorbat yang diaplikasikan pada lempeng kromatografi.
d.      Kromatografi partisi
Prinsipnya dapat dijeaskan dengan hukum partisi yang diterapkan pada sistem multikomponen. Pada kromatografi partisi ekstraksi terjadi berulang kali dalam satu kali proses.
e.       Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stasioner dapat berupa padatan atau cairan. Umumnya untuk kromatografi gas-padat. Sebagian kecil padatan inert diisikan ke dalam tabung gulung panjang.

Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar kromatografi, biasanya terdiri dari fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa komponen suatu campuran melalui fase diam dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan tergantung pada perbedaan jenis fase. Namun semua jenis kromatografi tersebut berdasarkan azas yang sama (Bresnick, 2004).
Pada kromatografi lapis tipis (TLC ; Thin Layer Chromatography), bahan penjerap dilekatkan tersebar pada plat kaca, aluminium, ataupun plastic. Dibandingkan teknik kromatografi lainnya, metode lapis tipis memiliki kelebihan, yaitu pengerjaannya lebih cepat, kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik. Penerapan TLC diawali dengan menyalut plat dengan suspense bahan penjerap. Plat selanjutnya dikeringkan. Larutan sampel dalam pelarut yang mudah menguap disiapkan dan ditotolkan di atas plat, dengan konsentrasi yang cukup. Bila totolan telah kering plat dimasukkan ke dalam bejana yang berisi pengembang. Pemisahan terjadi dalam bejana ini dan senyawa yang terpisah tampak bergerak lurus ke atas seperti noda-noda yang utuh. Kedudukan garis awal dan depan pelarut ditandai. Pelarut pengembang dibiarkan mongering lalu plat diberi perlakuan untuk menampakkan senyawa yang dipisah. Identifikasi senyawa dilakukan dengan menghitung dan membandingkan harga Rf (Retardation factor) semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik. Untuk ketelitian, adakalanya campuran sengaja diberi zat autentik dan dikembangkan sekaligus.

Kromatografi kolom merupakan teknik penting untuk pemisahan skala preparative, dari beberapa milligram samoai puluhan gram. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom kaca yang diisi dengan bahan penjerap. Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan di bagian atas timbunan penjerap, dimana campuran ini semua terjerap. Fase gerak yang disebut eluen, dialirkan terus menerus melalui bahan penjerap. Setiap zat dalam campuran terbawa turun dengan kecepatan yang berbeda-berbeda bergantung pada afinitas terhadap penjerap. Idelanya, zat yang terpisah membentuk pita-pita yang perlahan-lahan menuruni kolom dan akhirnya ditampung ke dalam sejumlah tabung. Laju gerakan pita dapat dikendalikan dengan mengatur komposisi eluen. Fraksi dalam setiap tabung dapat dipantau dengan TLC atau teknik lain untuk mengetahui jenis dan kuantitas zat yang ada. Fraksi yang mengandung zat yang sama dapat digabungkan, lalu pelarutnya dihilangkan, dan akhirnya zat dapat diperoleh dalam keadaan murni (Tim Kimia Organik, 2016).

V.    Alat dan Bahan
5.1  Alat
-          Plat kaca                            - Plat TLC
-          Oven pengering                 - Bejana
-          Pita solatip                         - Batang pengaduk
-          Gelas piala                         - Pipet tetes
-          Cawan petri                       - Gelas woll
-          Pensi lunak                        - Tabung reaksi kecil
-          Pipa gelas kapiler              - Lumpang

5.2  Bahan
-          Air suling                          - Tablet yang mengandung kafein
-          Methanol                           - Butoran kristal Iod
-          Silica gel                            - Petrolium eter
-          Asam asetat                       - Kristal Na-sulfat anhidrat
-          Eter                                   - Selulosa
-          Benzene                            - CaCO3
-          Kertas saring                     - Sukrosa
-          Aseton

VI. Prosedur Kerja

6.1 Kromatografi Lapis Tipis
- Siapkan Plat TLC
- Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol :                  Kloroform     : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
- Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
- Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas       pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
- Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
- Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
- Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
- Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
- Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2 Kromatografi Kolom
- Siapkan 10 ekstrak daun
- Siapkan kolom kromatografi
- Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
- Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
- Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
- Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
- Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
- Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan
   berdasarkan warnanya.


VIDEO

PERTANYAAN
1.  Mengapa dalam penotolan kita menggunakan pipa kapiler bersih?
2. Bagaimana prinsip kromatografi kolom?
3. jelaskan mengenai fasa stasioner dan fasa mobile?






Rabu, 10 April 2019

LAPORAN PERCOBAAN 7 (PEMBUATAN ASETON)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
"PEMBUATAN ASETON"






DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



VII. Data Pengamatan

7.1. Pembuatan Aseton dengan Oksida KMNO4
NO
Perlakuan
Pengamatan
1.
Dirangkai alat sokletasi

2.
12 ml propanol + H2SO4
Larutan menjadi panas dan suhunya 500C
3
Dimasukan dalam labu dasar bulat larutan tersebut + 16 gr KMNO4
Larutan mendidih dan terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat pekat atau betadin
4
Dimasukan batu didih dan dilakukan desrtilasi
Terjadi penetasan pertama pada tabung Erlenmeyer pada suhu 780C pada menit ke 3 menit dan tetesan terakhir pada suhu 76 0C pada 6 menit 56 detik
5
Diukur volume aseton
Sebayak 40 tetes atau 2 ml
6
Diuji sama atau tidak bau yang dihasilkan dengan aseton murni
Bau sama dengan aseton murni yaitu seperti bau balon

7.2. Pembuatan Aseton dengan Oksida K2Cr2O7
NO
Perlakuan
Pengamatan
1
Dirangkai lat destilasi

2
50 ml air + 27,5 ml H2SO4 + 29,5 isopropil alcohol dan dipanaskan
Warna bening dan menimbulkan panas. Dipanaskan sampai mendidih
3
10 gr K2Cr2O7 + 100 ml air dimasukan kedalam corong pisah
Kristal larut dan berwarna orange
4
ditambahkan campuran K2Cr2O7 dengan air kedalam campuran air + H2SO4 + isopropil alcohol
Warna menjadi hijau toska semakin banyak penambahan warna menjadi hijau pekat
5
Dilakukan destilasi pada suhu 750C
Suhu 83 0C tepat menetes pada waktu 7 menit 44 detik dan tetesan terakhir pada suhu 83 0C menit ke 8 menit 16 detik


VIII. Pembahasan
Pada percobaan pembuatan aseton, tujuan dari praktikum ini yaitu mensintesis aseton dari isopropyl alcohol. aseton yang terbentuk disintesis melalui reaksi oksidasi isopropyl alokohol dengan oksidator kuat dan dengan bantuan katalis asam. Bahan dasar yang digunakan yaitu isopropyl alcohol (isopropanol) dan K2Cr2O7, KMnO4, serta H2SO4 pekat sebagai katalis. Pada prosesnya, aquades terlebih dahulu dimasukkan sebelum H2SO4 . Hal ini dilakukan karena aquades memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada senyawa asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Selain itu asam sulfat juga bersifat panas sehingga aquades harus dimasukkan ke dalam gelas beker terlebih dahulu dengan tuhuan untuk mengencerkan asam sulfat yang akan ditambahkan nantinya.

8.1 Pembuatan Aseton dengan Oksida KMnO4
 Percobaan pembuatan aseton ini dilakukan menggunakan cara destilasi. Oleh sebab itu, sebelum melakukan percobaan, rangkailah alat destilasi (yang terdiri dari statif, klem, thermometer, pipa T, hot plate, labu leher tiga, kondensor, pipa kondensor, gelas beker, Erlenmeyer) dengan baik dan pastikan tidak ada kebocoran agar proses destilasi berjalan dengan lancar, dan mendapat hasil yang baik.
Ke dalam gelas kimia dimasukkan 26 mL isopropyl alcohol dan 85 mL aquades lalu ditambahkan dengan 12 mL asam sulfat pekat dan 16 gram kristal KMnO4, larutan yang awalnya bening berubah warna menjadi ungu pekat mendekati warna coklat. Pada proses ini juga terjadi kenaikan suhu yang signifikan, dimana suhunya menjadi 50oC. Hal ini terjadi karena reaksi bersifat eksotermis yaitu melepas panas. Sehingga gelas beker harus didiamkan beberapa saat hingga suhu turun dan tidak terlalu panas sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan didestilasi. Kemudian dimasukan batu didih dalam labu destilasi dan dilakukan desrtilasi, terjadi penetasan pertama pada tabung Erlenmeyer pada suhu 780C pada menit ke 3 menit dan tetesan terakhir pada suhu 76 0C pada 6 menit 56 detik. Didapatkan volume aseton sebayak 40 tetes atau 2 ml. Bau yang didapatkan sama dengan aseton murni yaitu seperti bau balon. Kami tidak melakukan sampai larutan dalam destilasi habis. Kami hanya mengamati sampai hasil destilasi dapat terlihat dan dapat diukur volumenya.

8.1 Pembuatan Aseton dengan Oksida K2Cr2O7
        Dalam pembauatan aseton menggunakan oksidator K2Cr2O7 dilakukan dengan prosedur yang sama seperti dengan menggunakan oksidator KMnO4. Disini hanya akan melihat bagaimana perbandingan yang diperoleh dari kedua oksidator yang berbeda ini. Kita memulai prosedur dengan merangkai alat destilasi yang akan digunakan. Kemudian 50 ml air dicampurkan dengan 27,5 ml H2SO4 dan 29,5 isopropil alcohol dan dipanaskan. Menghasilkan  warna bening dan menimbulkan panas, dipanaskan sampai mendidih. Lalu 10 gr K2Cr2O7 dilarutkan dalam 100 ml air dan dimasukan kedalam corong pisah, Kristal larut dan berwarna orange. Ditambahkan campuran K2Cr2O7 dengan air kedalam campuran air,  H2SO4 dan isopropil alcohol, warna menjadi hijau toska semakin banyak penambahan warna menjadi hijau pekat. Dilakukan destilasi pada suhu 750C, pada suhu 830C tepat menetes pada waktu 7 menit 44 detik dan tetesan terakhir pada suhu 830C menit ke 8 menit 16 detik. Volume yang dihasilkan sama-sama 40 tetes atau 2 mL.
   Proses destilasi ini bertujuan untuk memisahkan produk aseton yang terbentuk dari zat-zat lainnya seperti aquades. Proses destilasi ini didasarkan pada perbedaan titik didih antara senyawa yang ingin dipisahkan dalam hal ini yaitu aseton dengan aquades. Adapun titik didih dari aseton yaitu 56oC. suhu pada proses destilasi harus dijaga pada rentang 75-80oC. Hal ini disebabkan karena titik didih antara isopropanol dan aseton adalah 82oC dan 56oC.  Jika suhu destilasi kurang dari 75oC maka isopropanolnya tidak terdestilasi sempurna, sedangkan apabila lebih dari 80oC akan terbentuk lagi bahan dasar isopropanol. Disini terjadi perbedaan antara pembuatan aseton dengan menggunakan oksidator KMnO4 dan K2Cr2O7. Dimana pada saat penetesan hasil destilasi lebih cepat menetes yang dengan menggunakan K2Cr2O7, hal ini disebabkan karena K2Cr2O7 merupakan oksidator yang lebih kuat dari pada KMnO4.

IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.     Mensintesis aseton dari isopropyl alcohol. aseton yang terbentuk disintesis melalui reaksi oksidasi isopropyl alokohol dengan oksidator kuat dan dengan bantuan katalis asam. Disini digunakan kalium permanganat dan kalium bikromat sebagai oksidator dan asam sulfat sebagai katalis
2.   Aseton dapat dibuat dari alcohol sekunder dengan cara oksidasi. Apabila alcohol primer dioksidasi maka akan terbentuk senyawa aldehid. Sedangkan apabila alcohol dioksidasi maka akan terbentuk senyawa keton. Rekasinya  adalah:


X. Pertanyaan
1. Apa tujuan dari proses destilasi pada pembuatan aseton?
2. Mengapa saat proses destilasi suhunya tilak boleh melebihi dari 80oC dan tidak boleh kurang dari        75oC?
3.  Mengapa sebelum memasukkan H2SO4 ke dalam tabung harus aquades terlebih dahulu?

XI. Daftar Pustaka
Fieser and fieser M. 1957. Organic chemistry 3rd Edition. New York: Reinnold Publishing Company.
Fessenden and Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Halleman, LWJ. 1968. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Syamsurizal. 2019. Sintesis Asetonhttp://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/.                Diakses pada Tanggal 5 April 2019 pukul 17:00.

XII. Lampiran
Rangkaian Alat Destilasi

Proses Pemanasan dalam Destilasi

Hasil Aseton dari  KMnO4

Hasil Aseton dari K2Cr2O7