Kamis, 28 Maret 2019

JURNAL PERCOBAAN 6 (ALKOHOL DAN FENOL)


JURNAL PRAKTIKUM

"REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL"





DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



I.       Judul                    : Reaksi Alkohol dan Fenol
II.    Hari/Tanggal       : Sabtu/30 Maret 2019
III. Tujuan                 : Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut
1.     Agar dapat mengetahui sifat-sifat antara alcohol dan fenol
2.  Agar dapat mengetahui jenis-jenis dan pereaksi yang digunakan untuk membedakan antara senyawa-senyawa alcohol dan fenol
3.     Agar dapat mengetahui azas-azas tersebut

IV. Landasan Teori
            
Fenol merupakan senyawa yang bersifat agak asam. Sifat ini berbeda dengan alcohol yang mempunyai keasaman hampir sama dengan air. Larutan basa (hidroksida) akan mengubah fenol menjadi garamnya sedangkan larutan asam mineral dapat mengubah garamnya menjadi fenol kembali. Fenol mempunyai sifat keasaman yang lebih besar dari pada alcohol dan air. Kenyataannya beberapa senyawa fenol seperti 2,4,6-trinitrofenol bahkan mempunyai keasaman yang lebih besar dari asam karboksilat. Fenol bersifat asam daripada alcohol karena anion feroksi distabilkan oleh adanya resonasi (Riswiyanto, 2009).
      Alkohol dapat digolongkan menjadi : alcohol primer, sekunder, dan tersier, bergantung pada gugus apakah gugus OH terikat pada satu, duam atau tiga atom karbon lainnya. Alcohol mempunyai kecepatan reaksi yang berbeda terhadap suatu reagen tertentu, bahkan berbeda juga hasil yang diperoleh, tergantung pada jenis alkoholnya. Pengujian yang dapat membedakan antara ketiga golongan tersebut sangat berguna dalam menentukan struktur alcohol yang belum dikenal. Pengujian Lucas didasarkan pada perbedaan kecepatan dari alcohol-alkohol primer, sekunder dan tersier untuk diubah menjadi klorida, reagen dalam pengujian ini adalah suatu larutan seng klorida dalam HCL pekat. Alkohol bereaksi segera menghasilkan alkil klorida yang tidak larut dan timbul sebagai susoensi keruh atau lapisan yang berpisah. Alkohol sekunder akan larut menghasilkan larutan bening, asal saja ada gugus R tidak mempunyai banyak atom karbon dalam rantai, kemudian membentuk klorida (larutan keruh) dalam masa lima menit. Alcohol primer tidak diubah menjadi klorida selama beberapa jam pada suhu kamar oleh reagen ini. Alcohol primer dan sekunder sangat mudah dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan alcohol tersier tidak. Pengujian ini biasa dilakukan dalam latutan aseton dan suatu larutan anhidrat kromat (Cr-IV) dalam asam sulfat. Alcohol yang dioksidasi mereduksi kromium menjadi Cr-III yang menyebabkan larutan menjadi kabur dan berwarna kehijau-hijauan. Alcohol dan fenol bereaksi dengan asam membentuk ester yang mudah dikenal karena baunya yang segar (Tim Kimia Organik, 2019).
Banyak sekali senyawa-senyaw alcohol dan fenol yang sering digunakan disekitar kita, karena senyawa alcohol dan fenol ini merupakan senyawa yang penting.  Reaksi substitusi alcohol oleh senyawa-senyawa halogen dapat menghasilkan berbagai turunan, seperti misalnya alkil halida. Alcohol jika dioksidasi maka akan menghasilkan turunan aldehid, keton, eter, ester, serta asam karboksilat. Alkohol mudah bereaksi sehingga dapat mengalami dehidrasi membentuk suatu senyawa tidak jebuh. Ada beberapa sifat-sifat fisik yang perlu dipelajari dalam alcohol dan fenol, diantaranya yaitu:
a.       Titik didih
b.      Ikatan Hidrogen
c.       Efek Gaya Van der Waals
d.      Kelarutan dalam air
e.       Sifat keasaman atau kebasaan alkohol

Dari table diatas nilai pKa methanol sedikit lebih bersifat asam dari pada air, serta air sedikit asam dari etanol. Semakin panjang rantai hidrokarbonnya maka sifat asamnya semakin lemah. Namun, lain halnya dengan fenol yang memiliki pKa 10 namun memiliki keasaman yang lebih kuat dari pada alcohol. dan juga sikloheksanol yang nilai pKa-nya 18 dimana ion hydrogen dari fenol dapat melepaskan diri dari gugus –OH dan ditransfer ke suatu basa. Contohnya saja air (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/28/reaksi-alkohol-dan-fenol298/).
      Alkohol mempunyai rumus R-OH. Strukturnya serupa dengan air, tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alcohol adalah gugus hidroksil –OH. Nama umum alcohol diturunkan dari alkil yang melekat pada –OH dan kemudian ditambahkan kata alcohol. Dalam sistem IUPAC, akhiran –ol menunjukkan adanya gugus hidroksil. Contoh-contoh berikut adalah penggunaan kaidah IUPAC (nama umum dinyatakan dalam kurung).
CH3OH                            CH3CH2OH                           CH3CH2CH2OH
Methanol                                etanol                                      1-propanol
(Metil alcohol)                   (etil alcohol)                            (n-propil alcohol)
Diatas merupakan contoh contoh alcohol (Hart, 1998).
      Fenol adalah senyawa turunan benzene yang salah satu atom hidrogennya tersubstitusi oleh gugus hidroksil (-OH). Dengan demikian fenol mempunyai rumus molekul C6H5OH. Walaupun mempunyai gugus fungsi alcohol, sifat fenol berbeda dengan alcohol. Fenol mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada karbon tidak jenuh fenol mempunyai keasaman yang tinggi karena cincin aromatic yang bergandengan kuat dengan oksigen dan cenderung menentukan ikatan oksigen dan hydrogen. Fenol banyak digunakan untuk pembuatan biofenol-A dengan mereaksikannya dengan aseton. Selain itu, fenol juga berpotensi sebagai disefektan. Dalam bidang famasi fenol banyak digunakan untuk membuat beberapa jenis obat, diantaranya obat faringitus (Chang, 2005).
      Menurut Riawan (2006), fenol mempunyai beberapa sifat, yaitu:
1.      Mempunyai sifat asam 
2.      Mudah dioksidasi
3.      Memberi rekasi-reaksi berwarma dengan FeCl3
4.      Mempunyai sifat antiseptic, beracun, mengikis.
  
V.                Alat dan Bahan
5.1  Alat
-          Tabung reaksi                    - Kawat kasa
-          Gelas ukur                         - Kkai tiga
-          Pipet tetes                         - Bunsen
-          Neraca

5.2  Bahan
-          Etanol                                - 1-propanol
-          2-propanol                         - n-butil alkohol
-          Sek-butil alcohol               - ter-butil alkohol
-          Sikloheksanol                    - etilen glikol
-          Fenol                                 - resorsinol
-          Kolesterol                          - o-kresol
-          2-naftol                             - larutan NaOH 10%
-          Indikator pp                      - reagen Lucas
-          Aseton                               - reagen Bordwell -Willman
-          Asam sulfat pekat             - larutan brom dalam air
-          Larutan FeCl3 10%           - trifenil karbonil
-          Asam asetat glasial

VI.             Prosedur Kerja
6.1  Kelarutan
Ke dalam 6 tabung reaksi masukkan ½ ml atau 0,2-0,5 gr dari amsing-masing senyawa berikut: etano, n-butil alcohol, ter-butil alcohol, sikloheksanol, etilen glikol dan fenol (hati-hati): fenol jangan mengenai kulit. Bila mengenai kulit akan terbakar oleh fenol, bila terjadi cuci segera dengan air. Tambahkan 2 ml ke dalam tiap tabung adek dan amati kemudian catat hasil pengamatan.

6.2  Reaksi dengan Alkali
Ke dalam 4 tabung reaksi yang berlainan masukkan ½  ml atau 0,2-0,5 gr dari masing-masing senyawa berikut: n-butil alcohol, sikloheksanol, fenolm, dan 2-naftol. Tambahkan 5 ml larutan NaOH 10 % ke dalam tiap tabung dikocok dan diamati hasilnya.

6.3  Reaksi dengan Natrium
Ditempatkan 2 ml dari masing-masing senyawa berikut: dalam tabung reaksi kering berlainan 1-propanol, 2-propanol, dan o-klernol (bila 0-kresnol terbentuk kristal, panaskan sedikit agar melebur). Tambahkan sepotong kecil logam natrium ke dalam larutan yang ada dalam tabung reraksi, catat hasilnya. Tambahkan ke dalam larutan yang diperoleh beberapa tetes indikator pp dan catat hasilnya. Hati-hati: jangan buang isi tabung yang berisi natrium yang belum bereaksi ke dalam bak air, natrium bereaksi eksplosif dengan air. Tambahkan etanol secukupnya untuk menghilangkan semua natrium yang belum bereaksi, kemudian buanglah.

6.4  Pengujian Lucas
Dimasukkan 2 ml reagen *) Lucas ke dalam 4 tabung reaksi. Tambahkan kira-kira 5 tetes  alcohol yang akan diuji, kocok dan catatlah waktu yang diperlukan oleh campuran sehingga menjadi keruh atau memisah menjadi dua lapisan. Ujilah : 1-butanol, 2-butanol, sikloheksanol, ter-butil alcohol dan catat hasilnya.
*) Reagen Lucas: Larutkan 340 gr ZnCl2 kering dalam 230 ml HCL pekat yang dingin, sambil didinginkan. Campuran ini menghasilkan 350 ml reagen.

6.5  Oksidasi dengan Asam Kromat (Pengujian Bordwell-Wellman)
Dimasukkan q ml aseton ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda. Tiap-tiap tabung tambahkan satu tetes cairan alcohol atau 10 mg kristal alcohol yang hendak diuji dan goncanglah hingga larutan menjadi jernih. Lalu tambahkan satu tetes reagen Bordwell-Wellman* sambil digoncang. Ujilah alcohol berikut: 2-butanol, ter-butil alcohol, kolesterol, dan trifenil karbinol.
*Reagen Bordwell-Wellman : larutkan 25 gr anhidrat kromatid dalam 25 asam sulfat pekat dan hati-hati encerkan dengan 75 ml air suling.

6.6  Reaksi Fenol dengan Brom
Ke dalam larutab 0,1 gr fenol di dalam 3 ml air ditambahkan  air brom sambil digoncang sampai warna kuning tidak beribah lagi, amatilah.

6.7  Reaksi Feno dengan Besi (III) Klorida
Tiga buah tabung reaksi yang berbeda dilarutkan satu atau kristal atau 1-2 tetes senyawa yang akan diuji selama 5 ml air. Ke dalam tiap tabung reaksi diteteskan 1-2 tetes kertas besi (III) klorida, aduk dan amatilah hasilnya. Ujilah : Fenol, resorsinol, dan 2-propanol kemudian dicatat hasilnya.

PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan dari alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier!
2. Alkohol dapat diindentifikasi dengan beberapa test, sebutkan!
3. Tuliskan beberapa contoh senyawa fenol!

VIDEO

LAPORAN PERCOBAAN 5 (ALDEHID DAN KETON)


LAPORAN PRAKTIKUM

"REAKSI-REAKSI ALDEHID DAN KETON"



DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
2 Tetes Uji Formalin + 1 mL Tollens Dibiarkan 10 menit
Terbentuk cermin kaca
2.
2 Tetes Benzaldehid + 1 mL Tollens
Tidak terbentuk apa-apa, dipanaskan 5 menit, terbentuk cermin kaca
3.
2 Tetes Sikloheksanon + 1 mL Tollens
Tidak terbentuk cermin kaca
4.
2 Tetes Aseton + 1 mL Tollens
Tidak terbentuk cermin kaca

7.2 Uji Benedict
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
5 mL Benedict + 5 Tetes Formalin
Berwarna biru pekat dan dibagian bawah terdapat endapan merah bata
2.
5 mL Benedict + 5 Tetes Benzaldehid
Larutan atas berwarna biru pekat, ditengah berwarna bening, dan dibawah biru
3.
5 mL Benedict + 5 Tetes Aseton
Larutan berwarna biru pekat
4.
5 mL Benedict + 5 Tetes Sikloheksanon
Terdapat lapisn minyak diatas dibawah berwarna biru muda

7.3 Pengujian dengan Fenilhidrazin
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
5 mL Fenilhidrazin + 10 mL Benzaldehida
Ketika bercampur warnanya menjadi kuning, ketika didiamkan terdapat 3 lapisan. Lapisan atas berwarna kuning, tengah berwarna putih, dibawah berwarna kuning.
2.
5 mL Fenilhidrazin + 10 mL  Sikloheksanon
Ketika bercampur warnanya menjadi kuning pucat dan terbentuk 2 lapisan. Diatas berwarna kuning pucat, lapisan bawah bening.

7.4 Pembuatan Oksim
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Dilarutkan 1 gram hidroksilamin HCL + 1,5 gram CUSO4.5H2O + 4 mL air
Larutan berwarna hijau
2.
Dipanaskan larutan sampai 35oC, ditambahkan sikloheksanon , ditutup labu dan digoncangkan 1-2 menit.
Berwarna hijau lumut dan sikloheksanon oksim  akan terbentuk
3.
Didinginkan labu dalam es
Terbentuk endapan berwarna putih
4.
Endapan disaring dengan corong Hirsch, dicuci dengan 2 ml air es dan dikeringkan
Endapan menjadi bersih dan setelah dikeringkan menajdi kering

7.5 Reaksi Haloform
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
5 tetes Aseton + 3 mL larutan NaOH 5% + larutan iodium iodida
Larutan berwarna merah betadine
2.
2 Propanol 3 mL + 3 tetes Iodium Iodida
Larutan dari berwarna kuning menjadi kuning pekat sampai coklat
3.
Tembakau 0,5 gram + aquades 10 mL + Iodium Iodida 3 tetes
Larutan tetap berwarna coklat dari warna tembakau tersebut
4.
3 mL Larutan Iodium Iodida + Sikloheksanon
Terjadi 2 lapisan warna. Diatas berwarna magenta dan dibawah berwarna merah

7.6 Kondensasi Aldol
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
0,5 ml Asetaldehid + 4 mL NaOH 1%, digoncang dan dicatat baunya
Larutan berwarna bening terdapat bau seperti balon
2.
Dididihkan campuran 3 menit
Larutan berwarna kuning dan timbul bau tengik
3.
Disusun alat refluks. Dalam labu ditempatkan etanol, 1 mL aseton, 2 mL benzaldehid dan 5 mL NaOH 5%, Campuran direfluks 5 menit
Terdapat endapan bukan kristal.

VIII. Pembahasan
     Aldehid dan keton merupakan prinsip dasar untuk memahami jenis-jenis rekasi senayawa karbonil. Aldehid dan keton adalah suatu molekul polar yang mana memiliki ikatan karbonil yang dapat memungkinkan adanya situasi dipol antara ikatan rangkap karbon serta oksigen. Senyawa-senyawa karbonil memiliki titik didih yang lebih tinggi dari suatu alkena dengan massa molekul yang sama, hal ini terjadi karena ada situasi dipol yang berada di sekitar ikatan karbonil. Namun berbeda dengan iso propanol dimana suasana dipolnya lebih rendah tetapi memiliki titik didih yang lebih tinggi dari aseton (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/).
     Senyawa aldehid dan keton merupakan atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda (gugus karbonil) atau dengan kata lain aldehid dan keton merupakan senyawa yang mengandung salah satu gugus penting dalam kimia organic yaitu gugus karbonil C. pada percobaan ini dilakukan 6 percobaan dari 7 percobaan yang ada.


8.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
            Uji tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton. Pertama yang harus dilakukan yaitu dengan membuat pereaksi tollens dimana dengan mencampurkan 2 mL larutan perak nitrat 5% dengan 2 tetes larutan NaOH 5% lalu ditambahkan larutan ammonium hidroksida 2% secukupnya. Kemudian tollens diuji dengan benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin untuk membedakan mana senyawa yang merupakan aldehid dan keton. Pertama yaitu dengan mencampurkan 2 tetes formalin dengan 1 mL tollens dibiarkan 10 menit ternyata larutan ini membentuk cermin kaca. Kedua, dengan mencampurkan 2 tetes benzaldehid dengan 1 mL tollens awalnya tidak terbentuk apa-apa, lalu kami mencoba untuk dipanaskan selama kira-kira 5 menit dan barulah terbentuk cermin kaca. Hal ini menandakan bahwa ini merupakan senyawa aldehid.
            Selanjutnya ketiga yaitu dengan mencampurkan 2 tetes sikloheksanon dengan 1 mL tollens dimana disini tidak terbentuk cermin kaca. Dan terakhir yaitu dengan mencampurkan 2 tetes aseton dengan 1 mL tollens disni juga tidak terjadi atau tidak terbentuk cermin kaca. Hal ini menandakan bahwa senyawa ini merupakan senyawa keton.

8.2 Uji Fehling dan Benedict
      Pada percobaan ini digunakan prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut:
1. Apabila senyawa golongan aldehid direaksikan dengan pereaksi fehling maka akan menghasilkan endapan merah bata.
2.   Apabila senyawa keton bereaksi dengan fehling maka tidak terjadi apa-apa.
         Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi reaksi pada aldehid dan keton
dengan benedict dan pereaksi fehling. Larutan yang diuji yaitu formaldehid, n-heptanaldehid,
aseton dam sikloheksanon. Namun disini kami hanya melakukan uji benedict. Adapun perlakuannya yaitu dengan menyiapkan 2 tabung reaksi masing-masing yang telah diisi dengan 5 mL benedict, pada masing-masing tabung ditambahkan formaldehid dan aseton lalu ditempatkan pada penangas yang bertujuan untuk mempercepat reaksi. Formaldehid merupakan salah satu senyawa penting adehida yang digunakan sebagai reagensia dan bila dilakukan pemanasan salah satu sediaan ini akan menghasilkan formaldehida gas. Pada percobaan ini formaldehida bereaksi dengan benedict membentuk asam karboksilat dan terdapat endapan merah bata yang berasal dari CuO. Kemudian direaksikan dengan aseton tidak terjadi perubahanreaksi. Hal ini dikarenakan reagen yang digunakan mengadung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah dan mengoksidasi gugus aldehida saja dan tidak dapat mengoksidasi gugus keton. Hal ini juga sesuai dengan prinsip uji dimana ketika reagen direaksikan dengan aldehid hasilnya endapan merah bata dan pada keton tidak terjadi apa-apa.

8.3 Pengujian dengan Fenilhidrazin
      Fenilhidrazin bereaksi menghasilkan fenilhidrazon setelah hasil mula-mula terbentuk melepaskan 1 mol. Pada percobaan ini kami lakukan dengan mencampurkan 5 mL Fenilhidrazin dengan 10 mL Benzaldehida dimana ketika kedua bercampur warnanya menjadi kuning, ketika didiamkan terdapat 3 lapisan. Lapisan atas berwarna kuning, tengah berwarna putih, dibawah berwarna kuning. Kemudian 5 mL Fenilhidrazin ditambahkan 10 mL  Sikloheksanon, ketika bercampur warnanya menjadi kuning pucat dan terbentuk 2 lapisan. Diatas berwarna kuning pucat, lapisan bawah bening.

8.4 Pembuatan Oksim
       Oksim merupakan rumus turunan ammonia C═NOH yang dibuat dari hidroksilamin NH2OH adalah kristal padat yang dapat digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tertentu.pada percobaan ini yaitu dilakukan dengan melarutkan 1 gram hidroksilamin HCL dengan 1,5 gram CUSO4.5H2O serta ditambahkan 4 mL air, larutan yang dihasilkan berwarna hijau. Kemudian dipanaskan larutan sampai 35oC, ditambahkan sikloheksanon , ditutup labu dan digoncangkan 1-2 menit. Larutan berwarna hijau lumut dan sikloheksanon oksim  akan terbentuk. Setelah dipanaskan didinginkan labu dalam es dan terbentuk endapan berwarna putih, lalu endapan disaring dengan corong Hirsch, dicuci dengan 2 ml air es dan dikeringkan Endapan menjadi bersih, disinilah oksim terbentuk.

8.5 Reaksi Haloform
        Reaksi haloform menggunakan kalium iodide dan natrium hidroksida. Pada uji gugus metal dari suatu metal keton diiodinasi sampai terbentuk iodoform CHI3. Uji ini tidak spesifik karna hanya untuk metil keton saja. Prosedurnya yaitu dengan melakukan beberapa uji pada isopropanol, tembakau (menggantikan 2-pentanon) dan dicoba pula dengan sikloheksanon, pertama yaitu dengan mencampurkan 5 tetes Aseton ditambahkan 3 mL larutan NaOH 5% dan larutan iodium iodide, larutan berwarna merah betadine. Kedua yaitu 2 Propanol 3 mL dengan 3 tetes Iodium Iodida, larutan dari berwarna kuning menjadi kuning pekat sampai coklat. Ketiga yaitu dengan tembakau 0,5 gram ditambahkan aquades 10 mL dan Iodium Iodida 3 tetes, larutan tetap berwarna coklat dari warna tembakau tersebut. Terakhir yaitu dengan 3 mL larutan Iodium Iodida ditambah Sikloheksanon, terjadi 2 lapisan warna,  Diatas berwarna magenta dan dibawah berwarna merah.

8.6 Kondensasi Aldol
            Enolat anion dapat bertindak sebagai nukleofil karbon dan beradisi pada gugus karbonil pada molekul aldehid atau keton lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi kondensasi aldol , yaitu reaksi pembentukan ikatan karbon yang sangat bermanfaat. Kondensasi aldol yang sangat sederhana adalah gabungan dua molekul sederhana ( asetaldehid ) , yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa. Prosedur yang kami gunakan yaitu 0,5 ml Asetaldehid dengan 4 mL NaOH 1%, digoncangkan timbul bau seperti bau balon. Kemudian larutan dididihkan selama 3 menit, larutan berwarna kuning dan timbul bau tengik, lalu disusun alat refluks. Dalam labu ditempatkan etanol, 1 mL aseton, 2 mL benzaldehid dan 5 mL NaOH 5%, Campuran direfluks 5 menit, hasilnya yaitu terdapat endapan bukan kristal.

IX. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini yaitu:
1. Aldehida lebih mudah dioksidasi dari pada keton yang ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada uji tollens.
2.   Uji tollens bertujuan untuk uji spesifik pada aldehid yang ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi,
3.  Uji positif iodoform ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna kuning yang menandakan adanya gugus metil keton. Pada uji imi hanya sampel asetaldehid yang menunjukkan hasil positif.
4. Reaksi fenilhidrazin merupakan mekanisme dari adisi dan eliminasi karena hanya sampel asetaldehid yang menunjukkan hasil positif.

X. Pertanyaan
1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji tollens?
  2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH dalam uji tollens?
  3. Ditandai dengan apa uji iodoform dikatakan positif?

XI. Daftar Pustaka
Hornback, Joseph. 2006. Organic Chemistry. New York: Thompson Brooks.
Raton, Boca. 2013. Hazardous Materials Chemistry. Florida: Taylor & Francis Group.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2011. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: UGM Press.
Syamsurizal. 2019. Reaksi Aldehid dan Ketonhttp://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/ diakses pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 19:25 WIB. 
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.

XII. Lampiran
Uji tollens menghasilkan cermin kaca
Hasil reaksi haloform
Pereaksi Fehling dan Tollens

Rangkaian Alat Refluks
Hasil uji fenilhidrazin