Rabu, 08 Mei 2019

LAPORAN PERCOBAAN 9 (KEISOMERAN GEOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
"KEISOMERAN GEOMETRI"





DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


VII. Data Pengamatan
Pengamatan
Hasil pengamatan
Diektrak beberapa buah apel dimasukan kedalam labu Erlenmeyer
Didapatkan ektrak apel berwarna coklat
Ditambahkan dengan larutan HCL pekat
Warna tetap menjadi warna coklat-kecoklatan
Kemudian larutan tersebut direfluk dengan alat refluk yang sudah disiapakan selama 10 menit
Warna mulai berubah menjadi warna coklat pekat pada menit ke 3 menit
Dihentikan refluk dan disaring 2x larutan yang telah direfluk
Didapakan endapan warna hitam dan warna tetap warna coklat pekat bau seperti caramel
Dijenuhkan didalam es selama beberapa menit
Tidak didapatkan kristal
                                       
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminasi yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi elkiminasi. Metode yang digunakan adalah metode refluks yaitu proses pendidihan atau pendistilasian dengan kolom fraksinasi sehingga siap yang terbentuk berkondensasi dengan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu. Selain itu juga menggunakan metode kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan) dan metode rekristalisasi (pemurnian kristal dari larutan pengotornya).
Senyawa organic dapat memiliki satu atau lebih gugus fungsi yang terikat dalam atom karbon yang berikatan tunggal maupun ikatan rangkap. Atom atau gugus yang terikat dengan atom karbon yang berikatan tunggal akan bebas berorientasi sepanjang ikatan tunggal, sehingga tidak dapat dibedakan antar orientasi bidang ruang gugus fungsinya. Begitupun sebaliknya atom atau gugus yang terikat pada senyawa organic yang mempunyai ikatan  rangkap ataupun rantai karbonnya siklik maka gugus atau atom tidak dapat berorientasi bebas sehingga orientasi ruang dapat diidentifikasi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/)
            Asam maleat yang akan kami gunakan untuk diubah menjadi asam fumarat tidak tersedia dilabratorium, sehingga kami mencoba mencari asam maleat yang terkandung dalam suatu makanan, dan kami menduga bahwasanya asam maleat terdapat di dalam apel hijau. Sehingga kami menguji dengan apel hijau. Mula-mula kami harus mengekstrak apel hijau menjadi beberapa milliliter. Kemudian ekstrak yang telah diperoleh di tambahkan HCL pekat, warna tetap menjadi warna coklat-kecoklatan. Kemudian larutan tersebut direfluk dengan alat refluk yang sudah disiapakan selama 10 menit Warna mulai berubah menjadi warna coklat pekat pada menit ke 3 menit. Dihentikan refluk dan disaring 2x larutan yang telah direfluk. Didapakan endapan warna hitam dan warna tetap warna coklat pekat bau seperti caramel. Dijenuhkan didalam es selama beberapa menit namun tidak didapatkan kristal. Diduga percobaan yang kami lakukan gagal. Hal ini disebabkan kemungkinan kita harus melakukan proses destilasi terhadap apel untuk memperoleh senyawa asam maleat yang ada di dalam apel. Sehingga percobaan yang kami lakukan gagal.
            Dikarenakan percobaan kami gagal, kami mencoba mencari literature tentang bagaimana prosedur dan hasil yang sebenarnya. Supaya tujuan dilakukannya praktikum ini tercapai. Berdasarkan literature, mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan menggunakan 3 gr anhidrida maleat yang ditambahkan dengan 4 ml aquades yang telah dididihkan. Pada saat pendidihan aquades dengan Erlenmeyer. Erlenmeyer yang digunakan ditutup aluminium foil. Agar air yang menguap tidak habis keluar. Proses pendidihan aaquades berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air mendidih dalam Erlenmeyer dilakukan dengan cepat. Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadinya pembentukan katan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation.
            Setelah penambahan anhidrida maleat pada air mendidih larutan tersebut tetap di didihkan sampai larutannya tak berwarna. Larutan tidak berwarna menandakan bahwa anhidrida maleat larut semua di dalam air agar terbentuk kristal. Pembentukan kristal pada proses ini harus terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal dan sebagian lagi masih dalam keadaan cairan (filtrate). Kristral yang dibentuk harus disaring dengan menggunakan kertas saring agar kristal dan filtartnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering, kristal tersebut di timbang dan diperoleh maleat. Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya denganm alat penentu titik leleh. Filtrate yang diperoleh sebelumnya ditambah HCL pekat. Proses ini merupakan proses pembuatan asam maleat menajdi asam fumarat. Penambahan HCL berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonasi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal. Selanjutnya ikatan rangkap beresonasi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat.
            Kemudian larutan direfluks dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal-kristal terbentuk semua dan sempurna dan tidak ada lagi larutan didalamnya. Proses ini memerlukan waktu 20 menit, kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang. Maka diperoleh berat asam fumarat sehingga dapat dicari % rendemennya.

IX. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
    1.  Titik leleh asam  maleat lebih rendah dari pada asam fumarat , dimana titik leleh asam                         maleat adalah 143-148oC sedangkan titik leleh asam fumarat adalah 205-215oC.
    2. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegangan molekul dan hanya dijumpai            dalam dua kelas. Senyawa alkane dan siklik, alkana disebut cis isomer alkena.
   3.  Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric cis trans. Asam maleat berisomer cis      dari asam fumarat berisomer trans. Prinsip dasar pengubahan asam fumatan adalah berdasarkan          reaksi adisi-eliminasi.


X. Daftar Pustaka
Mulyono. 2015. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik 2 Melalui pendekatan kontruktivisme. Jurnal Exacta. Vol. x (1): 50.
Ramlawati. 2005. Sintesis senyawa 5-4 diklorobenzilidena. Jurnal Farmasi. Vol. 7 (1): 31-39.
Syabatini. 2009. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: PT. Alex Media
Syamsurizal. 2019. Keisomeran Geometri. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/. diakses pada tanggal 25 April 2019 pukul 16:45.
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.


XI. Pertanyaan
1.       Apa fungsi penambahan HCL pada percobaan tersebut?
2.       Apakah syarat agar suatu alkena dapat berada dalam isomer cis dan trans?
3.       Mengapa anhidrida maleat dimasukkan dalam aquades yang mendidih atau panas?


XII. Lampiran
Rangkaian Alat Refluks

Proses merefluks sampel

Proses Penyaringan Sampel

Endapan Hasil Penyaringan


















LAPORAN PERCOBAAN 8 (KROMATOGRAFI)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
"KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM"

 

DISUSUN OLEH:
ELDA SEPTIANA
(A1C117027)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




VII. Data Pengamatan

7.1 Kromatografi Lapis Tipis
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan plat TLC
Plat TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu diberi garis pinggir 0,5 cm
2.
Dibuat larutan pengembang
N-heksan : Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
3.
Dibuat larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
Sampel terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
4.
Ditotolkan sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan kedalam larutan pengembang  lalu dilihat noda dengan lampu UV
Pada plat pertama  didapat jarak pelarut yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu buah naga dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ;  nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ; wortel dengan jarak 3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan jarak 0 cm.
Pada plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan 2 buah sampel terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan kembang sepatu dengan jarak 4 cm.
























7.2 Kromatografi kolom
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan sampel
Digunakan sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
2.
Disiapkan kolom
Disumbat kolom dengan kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk agar kolom menjadi padat
3.
Dimasukkan sampel
Dicampur sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi
4.
Dialirkan kolom dengan pelarut
Untuk campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
5.
Ditampung tetesan yang keluar dari kolom
Tetesan yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.

VIII. Pembahasan
Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu dalam suatu komponen penyusun suatu zat terletak di dalam perbedaan afinitas atau yang sering disebut gaya adesi dari jenis analit terhadap fasa diam (stasioner) dan fasa gerak (mobile) sehingga masing-masing komponennya akan terpisah satu sama lain. Afinitas analit bergantung kepada daya adsorpsinya terhadap fasa diam. dan kelarutan analit tersebut terhadap fasa gerak yang digunakan. Semakin kuat adsorpsinya terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil pada fasa geraknya maka lebih lama berdiam di dalam kolom, begitupun sebaliknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Sampel yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis maupun kromatografi kolom yaitu ekstrak buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, papaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Percobaan yang kami lakukan pertama adalah kromatografi kolom kemudian hasil dari kromatografi kolom nantinya akan diuji dengan kromatografi lapis tipis.
8.1 Kromatografi Kolom
            Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan berdasarkan pada percobaan saya adsorpsi pada suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Pada percobaan ini fase diam yang digunakan adalah silica gel (asam silikat). Silica gel hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan. Silica gel ini bersifat aktif dan efek pemisahannya berupa adsorpsi dan partisi. Silica gel merupakan suatu adsorben yang bersifat polar. Jadi, cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya.
            Sebelum dilakukan percobaan terlebih dahulu disiapkan kolom yang akan digunakan. Kolom dibersihkan dengan air biasa kemudian dibilas dengan n-heksan supaya kotoran-kotoran yang berada di dinding kolom hilang. Kemudian kolom disumbat dengan kapas dibagian bawah kolom. Alasan mengapa harus disumbat dengan kapas yaitu agar sampel dan larutan yang akan diuji tidak turun dari dalam kolom. Setelah itu dibuat fase diam yaitu bubur silica gel yang dibuat dengan cara mencampurkan beberapa gram silica gel dengan campuran n-heksan dan etil asetat. Setelah bubur silica gel siap, maka dituangkan ke dalam kolom hingga setengah kolom sabil dipukul-pukul perlahan permukaan kolomnya agar silica gelnya dapat memadat sempurna.
            Kemudia di wadah lain disiapkan sampel dari masing masing ekstrak yaitu dengan cara mencampurkan satu sudip serbuk silica gel dengan beberapa tetes sampel yang akan digunakan. Diaduk hingga kering. Lalu dimasukkan ke dalam kolom dengan hati-hati dan diratakan dengan lidi. Setelah sampel dimasukkan ke dalam kolom dilanjutkan dengan memasukkan fase feraknya berupa n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan yang dibutuhkan. Eluen dilairkan dsecara perlahan sedikit demi sedikit sampai sampel turun melewati kolom. Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
a.    Buah naga
Eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:1, 16:2, 15:5. Dengan segala perbandingan eluen yang digunakan sampel buah naga turun hanya sedikit demi sedikit tidak sampai keluar kolom hingga waktu praktikum berakhir. Lautan yang dihasilkan yaitu  4 botol larutan dengan warna keseluruhannya bening atau tidak berwarna.
b.    Bayam
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan 5:10, diperoleh 5 botol larutan yang turun dari kolom. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 berwarna hijau, botol 3 hijau puda, botol 4 tidak berwarna dan botol ke 5 juga tidak berwarna.
c.    Nanas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan perbandingan 3:1. Diperoleh larutan yang turun dari kolom sebanyak 3 botol. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 sedikit keruh, dan botol 3 tidak berwarna.
d.   Bunga Kertas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform saja tanpa campuran. Diperoleh 5 botol larutan. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 tidak berwarna namun sedikit ada seperti minyak, botol 3 sedikit keruh, botol 4 tidak berwarna, dan botol 5 juga tidak berwarna.
e.    Semangka
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2, sampel langsung turun dari kolom dan dihasilkan larutan sebanyak 3 botol. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar, dan botol 3 tidak berwarna.
f.     Wortel
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2, dan sampel langsung turun keluar kolom. Diperoleh 3 botol larutan dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar dan botol 3 tidak berwarna.
g.    Pepaya
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 Tidak berwarna (sampel belum turun), botol 2 sedikit kekuningan (Sampel turun), botol 3 dan 4 tidak berwarna.
h.    Kentang
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar, botol 3 dan 4 tidak berwarna.
i.      Tomat
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol dari larutan yang turun. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kemerahan, dan botol 3 tidak berwarna.
j.      Bunga sepatu
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol larutan, dimana botol 1 tidak berwarna,botol 2 dan 3 berwarna keruh.
       Larutan dalam botol-botol tersebut akan diuji menggunakan kromatografi lapis tipis. Keuntungan dari kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisa data dan aplikasi prevaratiy digunakan untuk analisa data dan menentukan jumlah komponen campuran dan digunakan untuk pemisahan dan verivikasi substansi. Sedangkan kerugian dari kromatografi kolom ini yaitu mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik yang sesuai dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

8.2 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis kromatografi yang menggunakan plat TLC. Adapun prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi dimana sampel akan berpisah berdasarkan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Fase diam yang digunakan yaitu plat TLC. Sedangkan fase geraknya yaitu n-heksan dan asam asetat. Tahap pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan plat TLC dan bejana. Plat TLC dipotong selebar 5 cm x 3 cm. Kemudian deberi tanda batas pada kedua ujung atas dan bawah dengan menggunakan pensil sebesar 0,5 cm. Eluen yang berupa n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1 dijenuhkan terlebih dahulu di dalam chamber. Alasan mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama serta agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Setiap sampel yang akan dianalisis di totolkan dengan menggunakan pipa kapiler di plat TLC. Setiap plat terdiri dari 4 titik sampel. Dimana sampel yang ditotolkan masing-masing diberi tanda yaitu:
a.       Buah naga                   f. Wortel
b.      Bayam                         g. Pepaya
c.       Buah naga                   h. Kentang
d.      Bunga kertas               i. Tomat
e.       Semangka                    j. Bunga sepatu
Setelah sampel ditotolkan plat TLC diletakkan diatas fase gerak diamati samapai sampel bergerak menuju ke tanda batas atas dari plat TLC. Setelah sampel sudah berada pada tanda batas untuk lebih jelasnya digunakan lampu UV untuk melihatnya. Sehingga berdasarkan percobaan pertama ini didapatlah :
a.    Buah naga
Untuk sampel buah naga dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu yang bergerak hanya crutnya saja sedangkan totolan sampel tidak bergerak. Eluen yang diguankan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8125
b.    Bayam
Sampel bayam dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu hanya sedikit pergerakan. Jarak yang ditempuh senyawa sebesar 0,3 cm sedangkan jarak yang ditempuh pelarut yaitu 4,8 cm. Eluen yang digunakan sama dengan sebelumnya.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,0625
c.    Nanas
Eluen yang diguanakan untuk kromatografi sampel nanas ini sama dengan percobaan sebelumnya. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu sedikit pergerakan dari sampel.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,7916
d.   Bunga Kertas
Untuk bunga kertas eluen yang digunkan berbeda dari sebelumnya yaitu dengan menggunakan methanol 100% tanpa campuran apapun. Setelah diuji crut bergerak, sehingga nilai Rf-nya sebesar:
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,5208
e.    Semangka
Untuk menguji sampel semangka digunakan eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan sebesar 1:0,5. Crut bergerak dari plat TLC dengan menunjukkan warna kuning.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,82
f.     Wortel
Hasil pengamatan dari sampel wortel yaitu dengan menunjukkan crut yang bergerak dengan noda berwarna kuning. Untuk totolan 1 terdapat warna namun tidak bergerak, totolan 2 tidak terdapat apa-apa, dan totolan 3 sama dengan totolan 1. Eluen yang digunakan sama dengan eluen sampel semangka.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,86
g.    Pepaya
Hasil yang dieproleh yaitu crut bergerak dengan menunjukkan warna orange. Untuk totolan 1 terdapat noda digaris berwarna cream pudar, totolan 2 bergerak dengan menunjukkan warna cream, totolan 3 tidak bergerak namun menunjukkan noda warna cream pudar pula.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 84
h.    Kentang
Untuk hasil pengamatan yang diperoleh dari kentang yaitu tidak ada pergerakan disemua noda namun terdapat warna noda hitam. Eluen yang digunakan sama dengan eluen yang digunakan sebelumnya yaitu n heksa dan etil asetat dengan perbandingan 1:0,5.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0
i.      Tomat
Hasil pengamatan oleh sampel tomat yaitu noda dari botol 3 bergerak. Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Sehingga Rf ysng diperoleh yaitu:
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8723
j.      Bunga sepatu
Dari sampel bunga sepatu crut tidak bergerak tetapi menghasilkan warna cream pudar. Dengan           jarak yang ditempuh senyawa yaitu 4 cm, sedangkan jarak pelarut yaitu 4,7 cm.
    Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,851
Nilai Rf sangatlah karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan fase diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam. Sehingga, menghasilkan Rf yang rendah. Rf dalam kromatografi lapis tipis yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran dari eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu rendah, maka kepolaran dari eluen harus ditambahkan.
Kelebihan dari kromatografi lapis tipis yaitu perenggangannya lebih cepat, murah, dan mudah digunakan. Sedangkan kekurangan dari kromatografi lapis tipis adalah hasilnya kurang akurat, lebih akurat menggunakan metode kromatografi kolom dari pada kromatografi lapis tipis.

IX. Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.  Pada kromatografi lapis tipis bahan penjerap dilekatkan tersebar pada plat kaca, aluminium ataupun plastic. Dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, metode lapis tipis memiliki kelebihan yaitu pengerjaannya yang lebih cepat, kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik. Sedangkan pada kromatografi kolom merupakan teknik penting untuk pemisahan skala preparative, dari beberapa milligram sampai puluhan gram. Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan di bagian atas timbunan penjerap dimana campuran ini semua terjerap.
2.    Azas penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien            distribusi yang berbeda diantara kedua fase. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi
3.    Identifikasi senyawa dilakukan dengan menghitung dan membandingkan harga Rf (Retardarion      Factor) semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik.
Rf =

X. Pertanyaan
1. Mengapa digunakan Silica gel sebagai fase diam dalam kromatografi kolom?
2. mengapa kolom yang digunakan harus disumbat dengan gelas wall atau kapas?
3.      Mengapa eluen yang digunakan garus dijenuhkan dalam chamber?

XI. Daftar Pustaka
Bresnick, S M. 2004. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipotekes.
Chang. 2009. Kimia Analitik. Bandung: ITB.
Khopkar. 2009. Kromatografi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsurizal. 2019. Teknik Pemisahan dengan Kromatografi. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan khromatografi/. diakses pada tanggal 12 April 2019 pukul 16:30. 
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.






XII. Lampiran
Sampel yang digunakan
Penjenuhan Eluen


Kromatografi kolom sampel buah naga

Silika gel