LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
ORGANIK I
"KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM"
DISUSUN
OLEH:
ELDA
SEPTIANA
(A1C117027)
DOSEN
PENGAMPU
Dr.
Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
7.1
Kromatografi Lapis Tipis
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan
plat TLC
|
Plat
TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu diberi garis pinggir
0,5 cm
|
2.
|
Dibuat
larutan pengembang
|
N-heksan
: Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
|
3.
|
Dibuat
larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
|
Sampel
terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas,
semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
|
4.
|
Ditotolkan
sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan kedalam larutan pengembang lalu dilihat noda dengan lampu UV
|
Pada
plat pertama didapat jarak pelarut
yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu buah naga
dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ; nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga
kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada
plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan 4 buah sampel
yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ; wortel dengan jarak
3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan jarak 0 cm.
Pada
plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan 2 buah sampel
terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan kembang sepatu
dengan jarak 4 cm.
|
7.2 Kromatografi kolom
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan sampel
|
Digunakan sampel yang
sama seperti kromatografi lapis tipis
|
2.
|
Disiapkan kolom
|
Disumbat kolom dengan
kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan n-heksan lalu
dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk agar kolom
menjadi padat
|
3.
|
Dimasukkan sampel
|
Dicampur sampel
dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi
|
4.
|
Dialirkan kolom
dengan pelarut
|
Untuk campuran
pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai dengan
sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
|
5.
|
Ditampung tetesan
yang keluar dari kolom
|
Tetesan yang keluar
di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel yang
didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.
|
VIII.
Pembahasan
Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu dalam suatu
komponen penyusun suatu zat terletak di dalam perbedaan afinitas atau yang
sering disebut gaya adesi dari jenis analit terhadap fasa diam (stasioner) dan
fasa gerak (mobile) sehingga masing-masing komponennya akan terpisah satu sama
lain. Afinitas analit bergantung kepada daya adsorpsinya terhadap fasa diam.
dan kelarutan analit tersebut terhadap fasa gerak yang digunakan. Semakin kuat
adsorpsinya terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil pada fasa
geraknya maka lebih lama berdiam di dalam kolom, begitupun sebaliknya ( http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Sampel yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis maupun
kromatografi kolom yaitu ekstrak buah naga, bayam, nanas, bunga kertas,
semangka, wortel, papaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Percobaan yang kami
lakukan pertama adalah kromatografi kolom kemudian hasil dari kromatografi
kolom nantinya akan diuji dengan kromatografi lapis tipis.
8.1 Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom
adalah teknik pemisahan berdasarkan pada percobaan saya adsorpsi pada suatu
adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil
isolasi. Pada percobaan ini fase diam yang digunakan adalah silica gel (asam
silikat). Silica gel hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan.
Silica gel ini bersifat aktif dan efek pemisahannya berupa adsorpsi dan
partisi. Silica gel merupakan suatu adsorben yang bersifat polar. Jadi,
cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya.
Sebelum dilakukan
percobaan terlebih dahulu disiapkan kolom yang akan digunakan. Kolom
dibersihkan dengan air biasa kemudian dibilas dengan n-heksan supaya
kotoran-kotoran yang berada di dinding kolom hilang. Kemudian kolom disumbat
dengan kapas dibagian bawah kolom. Alasan mengapa harus disumbat dengan kapas yaitu
agar sampel dan larutan yang akan diuji tidak turun dari dalam kolom. Setelah
itu dibuat fase diam yaitu bubur silica gel yang dibuat dengan cara
mencampurkan beberapa gram silica gel dengan campuran n-heksan dan etil asetat.
Setelah bubur silica gel siap, maka dituangkan ke dalam kolom hingga setengah
kolom sabil dipukul-pukul perlahan permukaan kolomnya agar silica gelnya dapat
memadat sempurna.
Kemudia di wadah
lain disiapkan sampel dari masing masing ekstrak yaitu dengan cara mencampurkan
satu sudip serbuk silica gel dengan beberapa tetes sampel yang akan digunakan.
Diaduk hingga kering. Lalu dimasukkan ke dalam kolom dengan hati-hati dan
diratakan dengan lidi. Setelah sampel dimasukkan ke dalam kolom dilanjutkan
dengan memasukkan fase feraknya berupa n-heksan dengan etil asetat dengan
perbandingan yang dibutuhkan. Eluen dilairkan dsecara perlahan sedikit demi
sedikit sampai sampel turun melewati kolom. Dari percobaan yang dilakukan maka
diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Buah naga
Eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 8:1, 16:2, 15:5. Dengan segala perbandingan eluen yang digunakan
sampel buah naga turun hanya sedikit demi sedikit tidak sampai keluar kolom
hingga waktu praktikum berakhir. Lautan yang dihasilkan yaitu 4 botol larutan dengan warna keseluruhannya
bening atau tidak berwarna.
b. Bayam
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan
perbandingan 5:10, diperoleh 5 botol larutan yang turun dari kolom. Dimana
botol 1 tidak berwarna, botol 2 berwarna hijau, botol 3 hijau puda, botol 4
tidak berwarna dan botol ke 5 juga tidak berwarna.
c. Nanas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan
perbandingan 3:1. Diperoleh larutan yang turun dari kolom sebanyak 3 botol.
Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 sedikit keruh, dan botol 3 tidak
berwarna.
d. Bunga Kertas
Eluen yang digunakan yaitu kloroform saja tanpa campuran.
Diperoleh 5 botol larutan. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 tidak
berwarna namun sedikit ada seperti minyak, botol 3 sedikit keruh, botol 4 tidak
berwarna, dan botol 5 juga tidak berwarna.
e. Semangka
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2, sampel langsung turun dari kolom dan dihasilkan larutan
sebanyak 3 botol. Dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar, dan
botol 3 tidak berwarna.
f. Wortel
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2, dan sampel langsung turun keluar kolom. Diperoleh 3 botol
larutan dimana botol 1 tidak berwarna, botol 2 kuning pudar dan botol 3 tidak
berwarna.
g. Pepaya
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 Tidak berwarna
(sampel belum turun), botol 2 sedikit kekuningan (Sampel turun), botol 3 dan 4
tidak berwarna.
h. Kentang
Eluen yang digunakan yaitu kloroform dan methanol dengan
perbandingan 3:1. Diperoleh 4 botol larutan, dimana botol 1 tidak berwarna,
botol 2 kuning pudar, botol 3 dan 4 tidak berwarna.
i.
Tomat
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol dari larutan yang turun. Dimana botol 1
tidak berwarna, botol 2 kemerahan, dan botol 3 tidak berwarna.
j.
Bunga sepatu
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 3:1. Diperoleh 3 botol larutan, dimana botol 1 tidak
berwarna,botol 2 dan 3 berwarna keruh.
Larutan dalam
botol-botol tersebut akan diuji menggunakan kromatografi lapis tipis.
Keuntungan dari kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisa data dan
aplikasi prevaratiy digunakan untuk analisa data dan menentukan jumlah komponen
campuran dan digunakan untuk pemisahan dan verivikasi substansi. Sedangkan
kerugian dari kromatografi kolom ini yaitu mempersiapkan kolom dibutuhkan
kemampuan teknik yang sesuai dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
8.2 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi
lapis tipis adalah salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin
dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan tingkat
kepolarannya. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis kromatografi
yang menggunakan plat TLC. Adapun prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi
dan partisi dimana sampel akan berpisah berdasarkan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Fase diam yang digunakan yaitu plat TLC.
Sedangkan fase geraknya yaitu n-heksan dan asam asetat. Tahap pertama yang
dilakukan yaitu menyiapkan plat TLC dan bejana. Plat TLC dipotong selebar 5 cm
x 3 cm. Kemudian deberi tanda batas pada kedua ujung atas dan bawah dengan
menggunakan pensil sebesar 0,5 cm. Eluen yang berupa n-heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 2:1 dijenuhkan terlebih dahulu di dalam chamber. Alasan
mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama serta agar
noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Setiap sampel yang akan
dianalisis di totolkan dengan menggunakan pipa kapiler di plat TLC. Setiap plat
terdiri dari 4 titik sampel. Dimana sampel yang ditotolkan masing-masing diberi
tanda yaitu:
a. Buah
naga f. Wortel
b. Bayam g. Pepaya
c. Buah
naga h. Kentang
d. Bunga
kertas i. Tomat
e. Semangka
j. Bunga sepatu
Setelah
sampel ditotolkan plat TLC diletakkan diatas fase gerak diamati samapai sampel
bergerak menuju ke tanda batas atas dari plat TLC. Setelah sampel sudah berada
pada tanda batas untuk lebih jelasnya digunakan lampu UV untuk melihatnya.
Sehingga berdasarkan percobaan pertama ini didapatlah :
a. Buah
naga
Untuk
sampel buah naga dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu yang
bergerak hanya crutnya saja sedangkan totolan sampel tidak bergerak. Eluen yang
diguankan yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8125
b. Bayam
Sampel
bayam dalam kromatografi lapis tipis diperoleh pengamatan yaitu hanya sedikit
pergerakan. Jarak yang ditempuh senyawa sebesar 0,3 cm sedangkan jarak yang
ditempuh pelarut yaitu 4,8 cm. Eluen yang digunakan sama dengan sebelumnya.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,0625
c. Nanas
Eluen
yang diguanakan untuk kromatografi sampel nanas ini sama dengan percobaan
sebelumnya. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu sedikit pergerakan dari
sampel.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,7916
d. Bunga
Kertas
Untuk
bunga kertas eluen yang digunkan berbeda dari sebelumnya yaitu dengan
menggunakan methanol 100% tanpa campuran apapun. Setelah diuji crut bergerak,
sehingga nilai Rf-nya sebesar:
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,5208
e. Semangka
Untuk
menguji sampel semangka digunakan eluen n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan sebesar 1:0,5. Crut bergerak dari plat TLC dengan menunjukkan
warna kuning.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,82
f. Wortel
Hasil
pengamatan dari sampel wortel yaitu dengan menunjukkan crut yang bergerak
dengan noda berwarna kuning. Untuk totolan 1 terdapat warna namun tidak
bergerak, totolan 2 tidak terdapat apa-apa, dan totolan 3 sama dengan totolan
1. Eluen yang digunakan sama dengan eluen sampel semangka.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,86
g. Pepaya
Hasil
yang dieproleh yaitu crut bergerak dengan menunjukkan warna orange. Untuk
totolan 1 terdapat noda digaris berwarna cream pudar, totolan 2 bergerak dengan
menunjukkan warna cream, totolan 3 tidak bergerak namun menunjukkan noda warna
cream pudar pula.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 84
h. Kentang
Untuk
hasil pengamatan yang diperoleh dari kentang yaitu tidak ada pergerakan disemua
noda namun terdapat warna noda hitam. Eluen yang digunakan sama dengan eluen
yang digunakan sebelumnya yaitu n heksa dan etil asetat dengan perbandingan
1:0,5.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0
i. Tomat
Hasil
pengamatan oleh sampel tomat yaitu noda dari botol 3 bergerak. Eluen yang
digunakan yaitu n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Sehingga
Rf ysng diperoleh yaitu:
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,8723
j. Bunga
sepatu
Dari
sampel bunga sepatu crut tidak bergerak tetapi menghasilkan warna cream pudar.
Dengan jarak yang ditempuh senyawa yaitu 4 cm, sedangkan jarak pelarut yaitu
4,7 cm.
Rf
= Jarak yang ditempuh senyawa/jarak yang ditempuh pelarut = 0,851
Nilai
Rf sangatlah karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan fase diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam. Sehingga,
menghasilkan Rf yang rendah. Rf dalam kromatografi lapis tipis yang bagus
berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah
mengurangi kepolaran dari eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu rendah, maka
kepolaran dari eluen harus ditambahkan.
Kelebihan
dari kromatografi lapis tipis yaitu perenggangannya lebih cepat, murah, dan
mudah digunakan. Sedangkan kekurangan dari kromatografi lapis tipis adalah
hasilnya kurang akurat, lebih akurat menggunakan metode kromatografi kolom dari
pada kromatografi lapis tipis.
IX.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami
lakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pada
kromatografi lapis tipis bahan penjerap dilekatkan tersebar pada plat kaca,
aluminium ataupun plastic. Dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya,
metode lapis tipis memiliki kelebihan yaitu pengerjaannya yang lebih cepat,
kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik.
Sedangkan pada kromatografi kolom merupakan teknik penting untuk pemisahan
skala preparative, dari beberapa milligram sampai puluhan gram. Campuran yang
akan dipisahkan dimasukkan di bagian atas timbunan penjerap dimana campuran ini
semua terjerap.
2. Azas
penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang berbeda diantara kedua fase. Senyawa yang berinteraksi lemah
dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat
dalam sistem kromatografi
3. Identifikasi
senyawa dilakukan dengan menghitung dan membandingkan harga Rf (Retardarion Factor) semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik.
Rf =
X. Pertanyaan
1. Mengapa digunakan
Silica gel sebagai fase diam dalam kromatografi kolom?
2. mengapa kolom yang
digunakan harus disumbat dengan gelas wall atau kapas?
3. Mengapa
eluen yang digunakan garus dijenuhkan dalam chamber?
XI.
Daftar Pustaka
Bresnick,
S M. 2004. Intisari Kimia Organik.
Jakarta: Hipotekes.
Chang.
2009. Kimia Analitik. Bandung: ITB.
Khopkar.
2009. Kromatografi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Syamsurizal. 2019. Teknik Pemisahan dengan Kromatografi. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan khromatografi/. diakses pada tanggal 12 April 2019 pukul 16:30.
Tim
Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum
Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi.
Saya Rd. Abdurrahman(A1C11701) akan menjawab no 2. Alasan mengapa harus disumbat dengan kapas yaitu agar sampel dan larutan yang akan diuji tidak turun secara langsung dan cepat dari dalam kolom.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan no. 3 Alasan mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama serta agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan no 1.
BalasHapusKarena Silica gel hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan. Silica gel ini bersifat aktif dan efek pemisahannya berupa adsorpsi dan partisi. Silica gel merupakan suatu adsorben yang bersifat polar. Jadi, cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya