JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA
ORGANIK I
DISUSUN
OLEH:
ELDA
SEPTIANA
(A1C117027)
DOSEN
PENGAMPU
Dr.
Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
PERCOBAAN 5
I.
Judul : Reaksi Aldehida dan Keton
II.
Hari/Tanggal : Sabtu/ 23 Maret 2019
III. Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Agar
dapat memahami azas-azas reaksi senyawa karbonil
2. Agar
dapat memahami reaksi antara aldehida dan keton
3. Agar
dapat menjelaskan jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan
aldehida dan keton.
IV. Landasan Teori
Aldehida
mempunyai setidaknya satu atom hydrogen (H) yang terikat pada gugus
karbonilnya. Rumus umum dari aldehida adalah R – COH. Penamaan secara IUPAC
pada aldehida adalah dengan mengganti huruf “a” pada alkane menjadi “al”,
sehingga menjadi alkanal. Tata cara penamaan adalah rantai terpanjang yang
memiliki gugus fungsi Karbonil (Hornback, 2006).
Sedangkan
keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan narkotik.
Rumus dari keton adalah R – C – O – R. gugus karbonil pada keton adalah C yang
berikatan rangkap dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga apabila sampai
terbakar harus dipadamkan dengan alcohol atau busa dari senyawa yang bersifat
polar, karena air tidak akan efektif, namun derajat kepolarannya kurang dari
alcohol dan asam organic. Tata cara penamaan IUPAC pada keton adalah dengan
mengganti nama “a” pada alkane menjadi “on” pada keton sehingga menjadi alkanon
(Raton, 2013).
Aldehid
dan keton keduanya mengandung gugus karbonil dan sering disebut sebagai
senyawa-senyawa karbonil. Gugus karbonil menentukan sifat-sifat kimia aldehida
dan keton. Aldehida dan keton menunjukkan sifat-sifat yang mirip. Perbedaan
struktur memberikan akibat sifat-sifat yang berbeda pula: (a) aldehida sangat
mudah teroksidasi; (b) aldehida biasnya lebih reaktif daripada keton terhadap
adisi nukleofil. Ikatan rangkap dua karbon-oksigen dapat di analogkan seperti
ikatan rangkap dua karbon-karbon. Ikatan karbon-karbon merupakan sp2 terhibridisasi,
denga 3 orbital hibrida sp2 yang masing-masing berjarak 120o
dan satu orbital p yang tidak mengalami hibridisasi mempunyai arah tegak lurus
terhadap bidang datar ketiga orbital sp2. Bentuk geometris seperti
ini lazim disebut trigonal (Sastrohamidjojo, 2011).
Biasanya,
aldehid lebih cepat daripada keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini
disebabkan oleh karena atom karbon karbonil pada aldehida kurang terlindungi
dibandingkan keton. Pada percobaan ini akan diperiksa persamaan dan perbedaan
dari reaksi aldehida dan keton. Aldehida sangat mudah menjalani reaksi oksidasi
menjadi asam karboksilat yang mengandung jumlah atom karbon yang sama
banyaknya, sedangkan keton tidak menjalankan reaksi oksidasi yang serupa,
karena dalam oksidasi terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua
asam karboksilat dengan numlah atom karbon masing-masing lebih sedikit daripada
keton semula (keton siklik akan menghasilkan suatu asam karboksilat). Perbedaan kereaktifan terhadap
oksidator antara aldehida dan keton dapat digunakan untuk membedakan kedua
senyawa tersebut (Tim Kimia Organik, 2016).
Aldehid dan keton merupakan prinsip
dasar untuk memahami jenis-jenis rekasi senayawa karbonil. Aldehid dan keton
adalah suatu molekul polar yang mana memiliki ikatan karbonil yang dapat
memungkinkan adanya situasi dipol antara ikatan rangkap karbon serta oksigen.
Senyawa-senyawa karbonil memiliki titik didih yang lebih tinggi dari suatu
alkena dengan massa molekul yang sama, hal ini terjadi karena ada situasi dipol
yang berada di sekitar ikatan karbonil. Namun berbeda dengan iso propanol
dimana suasana dipolnya lebih rendah tetapi memiliki titik didih yang lebih
tinggi dari aseton.
Aldehid dan keton ini sebenarnya tidak
mempunyai ikatan hydrogen donor, yang mana tidak dapat memberi proton, maka
dari itu titik didih aldehid dan keton lebih rendah dari alcohol. Meskipun pada
kenyataannya massa molekulnya hampir sama dengan aldehit ataupun kton. Karena
aldehid dan keton berlaku sebagai penerima ikatan hydrogen maka aldehid dan
keton ini memiliki kelarutan yang baik di dalam air.
Contoh senyawa keton seperti misalnya aseton
adalah pelarut yang baik digunakan, karena aseton merupakan senyawa yang
memiliki kelarutan yang baik dalam air maupun pelarut-pelarut organic lainnya.
Aseton juga disebut sebagai pelarut polar atau aprotic http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/).
V.
Alat dana Bahan
5.1 Alat
- Tabung
reaski - Erlenmeyer
- Pipet
tetes - Kertas
saring
- Batang
pengaduk - Penangas air
- Corong
Buchner
5.2 Bahan
- Larutan
perak nitrat 5% -
Pereaksi Benedict
- Larutan
NaOH 5% -
Natrium sitrat
- Larutan
amonium hidroksida 2% - Natrium
karbonat
- Benzaldehid - Aquades
- Aseton -
CuSO4.5H2O
- Sikloheksanon - Pereaksi
fehling
- Formalin - NaHSO3
- HCL
pekat -
Fenilhidrazin
- 2,4-dinitrofenilhidrazin - Iodium iodide
- Asetaldehid - NaOH 1%
- Etanol
VI.
Prosedur
Kerja
6.1 Uji
Cermin Kaca, Tollens
Disiapkan empat tabung reaksi yang
berisi pereaksi Tollens (cara membuat: siapkan satu tabung reaksi yang bersih
sekali, ke dalam 2 mL larutan perak nitrat 5% tambahkan 2 tetes larutan NaOH
5%, lalu tambahkan tetes demi tetes sambil diaduk larutan ammonium hidroksida
2% hanya secukupnya agar larut-pengujian akan gagal kalau terlalu banyak
ammonia (ditambahkan). Ujilah benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin:
dengan jalan penambahan masing-masing dua tetes bahan tersebut ke dalam atbung
uji. Aduklah campuran dan diamkan selama 10 menit. Bila reaksi tidak terjadi,
panaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit. Amati apa yang terjadi.
6.2 Uji
Fehling dan Benedict
Ke dalam masing-masing dari empat tabung
reaksi tambahkan 5 mL pereaksi Benedict (Cara membuatnya: larutan 173 gram
natrium sitrat dan 100 gr natrium karbonat dalam 750 aquadest, aduk, saring
lalu ke dalam filtrate tambahkan perlahan larutan 17,3 gr CuSO4.5H2O
dalam 100 ml air, encerkan hingga volume total 1 L) atau 5 ml perekasi fehling
yang masih fresh (cara membuat: larutan A = 69 gr CuSO4.5H2O
dalam 1 L air suling. Larutan B = 346 gr natrium kalium tartrat atau Rochelle
di dalam larutan NaOH 10% artinya pereaksi Fehling A dan B sama banyak baru
dicampur. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes bahan yang
akan diuji. Tempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit.
Ujilah formaldehid, n-heptanaldehid, aseton, dan sikloheksanon.
6.3 Adisi
Bisulfit
Dimasukkan 5 ml larutan NaHSO3 jenuh ke
dalam Erlenmeyer 50 ml dan dinginkan larutan dalam es. Tambahkan 2,5 ml aseton
tetes demi tetes sambil diaduk. Setelah 5 menit ditambahkan 10 ml etanol untuk
memulai kristalisasi, lalu saring kristal
dengan corong Hirsch. Apa yang akan terjadi bila kristal dalam tabung
reaksi ditambahkan beberapa tetes HCL pekat.
6.4 Pengujian
dengan Fenilhidrazin
Kepada 5 ml fenilhidrazin dalam tabung
reaksi besar, ditambahkan 10 ml tetes bahan yang akan diuji. Tutup tabung
reaksi dengan guncangkan dengan kuat selama 1-2 menit hingga mengkristal.
Saring kristal dengan corong Hirsch, cuci dengan sedikit air dingin dan
rekristalisasi dengan sedikit methanol dan etanol. Keringkan dan tentukan titik
lelehnya. Lakukan pengujian terhadap benzaldehida dan sikloheksanon,
Dengan cara yang sama, gunakan
2,4-dinitrofenilhidrazin, buatlah turunan benzaldehid dan sikloheksanon.
Tentukan titik lelehnya.
6.5 Pembuatan
Oksim
Dilarutkan 1 gr hidroksilamin HCL dan
1,5 gr natrium asetat trihidrat di dalam 4 ml air, di dalam Erlenmeyer 50 ml
panaskan larutan sampai 35, kemudian tambahkan sikloheksanon tutup labu dan
goncangkan selama 1-2 menit, pada waktu mana zat padat sikloheksanon-oksim akan
terbentuk. Dinginkan labu dalam lemari es, saring kristal dengan corong Hirsch,
cuci dengan 2 ml air es, keringkan dan tentukan titik lelehnya.
6.6 Reaksi
Haloform
Kepada 5 tetes aseton dalam 3 ml larutan
NaOH 5%, tambahakan sekitar 10 ml larutan iodium iodide (cara bautnya: larutkan
25 gr iodium di dalam larutan 50 gr kalium iodide dalam 200 ml air) sambil
digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi. Iodoform yang
berwarna kuning akan mengendap dan baunya yang khas. Pengujian dilakukan
terhadap isopropanol, 2-pentanon, dan 3-pentanon.
6.7 Kondensasi
Aldol
a. Ditambahkan
0,5 ml asetaldehid kepada 4 ml larutan NaOH 1% goncangkan dan catat baunya
(sisa asetaldehid). Didihkan campuran reaksi selama 3 menit. Catat hati-hati bau tengik dari
kromatonaldehid.
b. Susunlah
peralatan untuk merefluks. Dalam labu 50 ml tempatkan ml etanol, 1 ml aseton, 2
ml benzaldehid dan 5 ml larutan NaOH 5%. Campuran direfluks selama 5 menit.
Dinginkan labu dan kumpulkan kristal dengan corong Buchner. Bisa
direkristalisasi dengan etanol. Tentukan titik lelehnya.
PERTANYAAN
1. Uji
apa saja yang dapat dilakukan untuk rekasi aldehid?
2. Apa
fungsi pemanasan pada uji fehling?
3. Uji
apa saja yang dialkukan untuk reaksi keton?
VIDEO
Baik saya akan mencoba menjawab no
BalasHapus3. Uji yang dapat dilakukan untuk reaksi keton yaitu: 2,4-dinitrophenyl hidrazin test, sodium bisulphite test, meta-dinitrobenzene test, dan sodium nitroprusside test.
Saya Silvy Wahyu Fradini (A1C117023) akan menjawab pertanyaan no 2. Menurut saya Fungsi pemanasan dalam air mendidih pada uji fehling yaitu untuk mengurangi ion Cu (II) yang ada dalam campuran. Terimakasih
BalasHapusPutri Ayu Indah Lestari (05) saya akn mencoba menjawab no. 1 yaitu Uji yang dapat dilakukan untuk reaksi aldehid seperti: 2,4-dinitrophenyl hydrazine test, sodium bisulphite test, achiffs test, uji Tollens , dan uji fehling .
BalasHapus